Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tak Ada Tempe, Nilapun Jadi

5 Januari 2021   14:10 Diperbarui: 5 Januari 2021   14:47 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak ada tempe nilapun jadi dokpri Eko Irawan

Mahalnya harga kedelai membuat para pengusaha tempe dan tahu, menjerit. Ternyata Indonesia sangat tergantung dengan impor kedelai dari Amerika. Kedelai memang tanaman subtropis, sehingga saat petani Indonesia bertanam kedelai, hasilnya kurang memuaskan. 

Tempe dan tahu merupakan bahan makanan favorit orang Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan protein. Dengan kondisi demikian, dipasaran harga tempe dan tahu ikut naik dan jadi produk langka dipasaran. 

Iwak tahu dan iwak tempe adalah ungkapan bahasa Jawa yang meyebutkan lauk kegemaran lauk pauk pendamping nasi. Jika sama sama mengandung protein sebagai lauk kenapa tradisi iwak tahu dan iwak tempe tidak diganti lauk iwak nila? 

Indonesia kaya perairan, dan hasil ikan di Indonesia baik ikan laut atau ikan tawar sangat berlimpah. Upaya gemar makan ikan terus digalakkan oleh pemerintah agar masyarakat Indonesia meningkatkan konsumsi ikan untuk lauk sehari hari. Ikan Indonesia melimpah, sehingga saatnya tak ada tempe, Nilapun jadi.

Kampung Nila Slilir, kelurahan Bakalan Krajan kota Malang melakukan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, mencoba memberikan kontribusi pada program gemar makan ikan nila, agar daulat konsumsi Ikan bisa terpenuhi dari upaya ekonomi kreatif dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. 

Para start up bisnis kampung Nila Slilir terus giat melakukan sosialisasi dan budidaya untuk ikan nila konsumsi. Para petani nila yang tergabung dalam Pokdakan Krajan Slilir Sumilir atau yang disebut Pokdakan KSS ini, terus berinovasi sehingga selain meningkatkan penghasilan, ternyata juga meningkatkan pemenuhan gizi keluarga melalui konsumsi ikan nila hasil budidaya sendiri.

Semoga kelangkaan iwak tahu dan iwak tempe, bisa diatasi dengan iwak nila. Kadar protein dan gizi dari ikan nila juga sangat baik. Saatnya beralih konsumsi hasil budidaya sendiri.

Salam Sukses, dari Kampung Nila Slilir 

Malang, 5 Januari 2021

Oleh Eko Irawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun