Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyala Api

5 Januari 2021   12:27 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyala api dokpri Eko Irawan

Jangan salahkan gelap. Hidup bukan untuk menggerutu. Tapi tak mampu syukuri. Hanya membahas kesalahan lalu, yang bertumpuk. Tanpa solusi. Bagaimana bisa semangat, seperti nyala api.

Tak cocok, ya sudahlah. Drama ini tak perlu. Semakin lama hanya saling menyakiti. Semakin rugi. Waktu terbuang. Menunggu dendam terbalas. Cara mudah menolak berkah.

Hari hari salah paham. Pertengkaran. Sungguh buang energi. Buang hidup. Apa yang dipertahankan? Tuntutan tak masuk akal. Dari mana? Ini juang bersama, bukan janji. 

Musnahkan aku saja. Agar kau tak lihat aku lagi. Karena tiap pagi kau bunuh, nyala api semangatku. Untuk apa? Hidup sudah pahit, kenapa kau lebih pahitkan lagi. 

Aku diam salah. Aku bicara salah. Dipaksa jawab kapan. Tak disemangati. Sekarang dipertanyakan. Seperti inikah cinta?

Sudah jadi palagan perang. Tak suka pergi saja. Tak mau aku yang pergi. Sudah gila ini semua. Tak masuk akal. Karena cinta sudah padam. Semangat sudah mati. Yang menyala dendam. 

Hancur sudah nyala api. Dibakar semua. Tak perlu teori. Porak poranda ada didepan mata. Musnah karena egois. Cari pembenaran. Untuk apa disesali? Ditangisi? Inilah berkah maha dendam. Bumerang pada diri sendiri.

Semoga masih ada sisa nyala api. Untuk penerang. Karena tak bisa disatukan lagi. Sakit ini sudah parah. Tanpa nyala itu, aku menyerah. Bukan kalah, tapi tuntutanmu sudah tak waras. 

Malang, 5 Januari 2021

Oleh Eko Irawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun