Aku tak mengeluh. Aku berani. Sendiri. Tanpamu. Jika ini takdirku. Aku harus siap. Hadapi semua. Karena aku lahir, juga sendiri. Tak bisa apa apa.
Namun hidup tak bisa sendiri. Sekali waktu, iya. Tapi harus ada. Hadirmu. Karena aku berarti. Karena aku bermakna. Karena aku dihargai.
Sendiri tak bisa berdaya. Untuk apa. Untuk siapa. Karena sendiri itu sepi. Dan sepi itu hampa. Tanpamu aku apa. Hanya mimpi sendiri.
Mimpi itu indah, jika bersamamu. Mimpi itu motivasi, jika ada hadirmu. Mimpi itu terwujud, jika berjuang bersamamu. Karena cinta itu, ada aku, ada kamu. Bukan aku, sendiri.
Ada terang. Ada gelap. Ada siang, ada malam. Itu hukum alam. Berpasangan. Pasti ada, pasti telah direncanakanNya. Tak mungkin sendiri. Sekalipun hidup itu memilih. Tapi sendiri itu egois. Kesombongan. Sementara kita itu, lemah.Â
Sendiri sepi tanpamu. Hadirmu memberi arti. Sendiri aku tak bisa. Aku menunggumu. Untuk bisa bersamamu. Menuju bahagia.
Semoga datang keajaiban. Setiap teka teki, pasti terjawab. Siapa. Untuk apa. Dan kapan. Sendiri ini menyiksaku. Aku ingin bersamamu. Agar aku tak jadi gila. Karena bicara sendiri.
Datanglah kasihku. Jangan pergi dariku. Aku menantimu. Dalam cinta yang indah. Tanpa janji. Karena cinta ini bukan untuk ditonton. Bukan untuk dipertanyakan. Bukan lucu dan aneh. Tapi cinta ini untuk diwujudkan. Diperjuangkan bersamamu. Agar jadi milik kita berdua.
Kita sudah pahit. Jangan ditambah pahit lagi. Cukup. Aku hanya ingin satu saja. Bersamamu. Selamanya.
Malang, 30 Desember 2020
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H