Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ngopi Seri 5: Kenapa Budi daya Nila Kolam Bioflok?

28 Desember 2020   20:14 Diperbarui: 28 Desember 2020   20:29 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam bioflok dokpri kampung Nila Slilir (Dokpri)

1. Bioflok adalah kolam terpal, sehingga petani pemula dengan modal terbatas bisa segera memiliki kolam budidaya, tidak perlu bikin tambak atau kolam cor atau beton. Pada awalnya, bioflok banyak digunakan untuk budidaya lele, dan kampung Nila Slilir merupakan Pioneer petani nila dengan media bioflok untuk budidaya nila dan ternyata dengan tehnologi bioflok sangat efisien untuk budidaya nila.

2. Bioflok bisa dikembangkan dilahan sempit diperkotaan, bisa diruang terbuka dan diruang tertutup dan untuk budidaya nila, ternyata kolam tidak menimbulkan bau. Berbeda dengan kolam lele yang cenderung berbau dan mengganggu lingkungan sekitar. Ikan lele merupakan ikan karnivora yang tidak bersisik, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap, sementara nila adalah jenis ikan herbifora yang bersisik, sehingga kolam bioflok untuk ikan nila, sangat aman dan tidak berbau. Jadi pemilihan budidaya nila dengan menggunakan media bioflok sangat ramah lingkungan, dan sangat cocok diterapkan diperkotaan yang padat penduduk dan lahan sempit.

3. Bioflok hemat air. Dengan budidaya nila sistem bioflok, penggunaan air lebih hemat karena selama masa budidaya nila dari bibit hingga panen, ternyata tidak perlu mengganti air. Dengan treatment air kolam secara khusus, ternyata air kolam selama 3-4 bulan hingga panen ternyata tidak perlu mengganti air.

4. Budidaya dengan sistem bioflok ternyata bisa tebar bibit secara padat dengan kolam diameter 2 meter, ternyata bisa diisi 300-450 ikan. Proses pembudidayaan selama 3-4 bulan, mampu mencapai panen perkilo sejumlah 4-6 ikan perkilo. Dengan bioflok ini lebih hemat waktu, karena lebih cepat panen.

5. Sistem bioflok ternyata bisa hemat pakan, sehingga petani lebih hemat disisi pakan. Ini sangat menguntungkan petani setelah panen dengan rate keuntungan sangat signifikan. 

Demikian kenapa kampung Nila Slilir memilih budidaya nila dengan sistem bioflok, ternyata sangat menguntungkan petani nila dan tujuan pemberdayaan ekonomi kreatif bisa tercapai. Semoga ini bisa menjawab keresahan petani pemula untuk segera memutuskan berani berkiprah sebagai petani nila.

Semoga menginspirasi.

Malang, 28 Desember 2020 

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun