Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Curhat Ngopi : Tunda Sekolah

28 Desember 2020   14:50 Diperbarui: 29 Desember 2020   11:15 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunda sekolah, olahan pribadi dari haibunda.com

Diskusi warung kopi, dimanapun, dari yang berkelas, hingga dipinggir jalan ternyata mengangkat tema yang sama, seputar pandemi covid, varian baru Vovid, vaksin dan tunda sekolah. Berikut curhat ngopi yang saya rangkum dalam tulisan ini.

Anakku sekolah dirumah. Sudah 10 bulan, dan Januari nanti kabarnya sekolah tatap muka. Tidak hanya anakku sendiri, tapi anak semua bangsa mengalami hal seperti ini. Kami sadar, ini demi kesehatan generasi penerus. Anak anak kita tak boleh sakit.

Melihat di jalanan, rasanya ngeri. Lalu lalang ambulance. Tak berjarak lama, sudah lewat lagi. Lewat lagi dan kabar dimushola mulai terdengar. Meninggalnya orang orang disekitar kita dengan suspect covid. Melihat petugas nakes dan pemakaman, membuat hati serasa miris. Kapan ini berakhir?

Seorang teman lagi sakit typus. Suhu badannya panas. Keluarga mengupayakan berobat, tapi rumah sakit penuh. Terpaksa berobat jalan. Dan kabar terdengar, beliau meninggal setelah dirawat dirumah. Sedih rasanya mendengar cerita cerita seperti ini.

Dan bagi kita yang masih diberi kesehatan, Monggo mari bersyukur bareng. Jangan sampai sakit, kalau sakit binggung solusi pengobatannya. Apalagi terdengar ada varian covid baru yang tingkat penularannya lebih cepat. Terus lagi melihat kabar jumlah korban confirm covid di kota kita sendiri, ternyata terus saja bertambah.

Keresahanpun terjadi. Anak anak kita sendiri. Sekolah dengan resiko, atau tunda sekolah. Dilema. Dirumah, anak anak ini aman. Tapi dia kehilangan masa anak anaknya. Sedih, karena dia akan jadi generasi rebahan. Tak semua orang tua, mampu menjadi guru bagi anak anaknya. Ayah bekerja. Ibu bekerja.

Kalau tak bekerja, makan apa. Belum biaya paket data. Enak yang mampu beli WiFi. Atau dibeberapa kota, mulai tersedia free WiFi gratis. Itu sangat membantu. Namun dilapangan, penyediaan paket data tetap harus diupayakan orang tua sendiri.

Konon ada paket data dari provider dengan biaya murah, namun kenyataannya, tidak bisa digunakan akses google dan tidak bisa buat kirim tugas melalui what's up. Setelah satu bulan, nilai paket data itu utuh dan hangus. Entahlah... Sekolah itu penting, dan paket data merupakan kebutuhan yang harus ada. Itu hanya satu sisi dari paket data. Dilapangan banyak curhat soal anak anak kita.

-------

Tunda sekolah mungkin jadi solusi. Daripada khawatir, itu pilihan paling bijak. Sekalipun hasil sekolah dirumah juga tidak maksimal. Terutama anak anak yang baru belajar nulis, membaca dan berhitung.

Jujur, tak semua orang tua mampu jadi guru. Saya lihat tetangga berprofesi guru di sekolah menengah atas. Dia punya anak umur 7 tahun, yang seharusnya sudah bisa baca tulis. Rupanya anak tersebut tidak bisa baca tulis, karena sehari hari dari rumah tersebut terdengar ibunya marah marah melulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun