Prihatin. Sedih. Belum terjawab. Itu akhir tahun ini. Di tengah badai pandemi, yang belum usai. Ditengah prahara hidup yang tengah kandas. Tahun baru tanpa kembang api.
Masih sama dengan tahun lalu. Aku belum bisa bersamamu. Melalui malam ini. Malam kesunyian, tapi tahun ini akan lebih sepi. Karena tahun baru tanpa kembang api.
Apalah arti perayaan. Jika itu tanpamu. Aku cuma minta satu hal saja. Bersamamu. Tapi belum juga terwujud. Karena Tahun baru tanpa kembang api.
Tak apalah, aku tak mengeluh. Hidupku sudah berat. Aku bisa pahami dirimu. Tapi apa yang kau ragukan. Aku sudah tulus padamu. Kurang apa. Masih kenapa.Â
Kita bukan anak kecil lagi. Remaja kadaluarsa. Akupun tak akan lari. Aku juga tak akan pergi. Aku tetap untukmu. Tapi itu masih kurang.
Kita memang pernah terluka. Sama sama luka. Tapi untuk apa membahas luka. Kalau kita, sama sama bisa. Untuk saling mengobati. Saling mengisi. Saling memberi.Â
Ini hidup kita sendiri. Aku dan kamu yang jalani. Bukan orang lain. Tak ada yang tak mungkin, kalau kita yakin. Tak ada yang tak bisa, kalau kita cinta.
Hidup hanya sekali. Untuk apa susah, sedih, dipikul kesana kemari. Syukuri apa yang ada. Nikmati apa adanya. Bermohon untuk lebih baik. Bersama, bergandeng tangan.
Badai diluar belum reda. Mari belajar saling percaya. Ayo berjuang bersama. Dalam senyap. Dalam ikhlasnya doa. Dalam pasrahnya langkah.Â
Tak apa, tahun baru tanpa kembang api. Tapi kita harus terus bersama, jalani. Sampai nanti. Terindah milik kita sendiri. Berjuang tanpa henti. Menata diri, menata hati. Bersamamu, dalam kisah suci.
Malang, 27 Â Desember 2020