Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelah

25 Desember 2020   13:30 Diperbarui: 25 Desember 2020   13:29 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelah (olahan Pribadi Eko Irawan)

Jujur aku sekarang lelah. Aku sudah usaha. Dalam tangis. Tapi tak ada yang Sudi menolongku.

Aku bukan lari. Tak mau tanggung jawab. Tapi aku sudah tak mampu. Aku sudah banting tulang. Siang malam. Tapi pengeluaran, lebih besar dari penghasilan.

 Memikul hutang. Berat. Gaji hanya sekali, sebulan. Tiap hari harus ada. Kujual cucuran keringatku. Kalau ada, Alhamdulillah. Syukuri. Tapi saat tak ada?

Dalil kemarahan yang keluar. Karena syukurmu sudah ditong sampah. Sudah terlanjur gebyah Uyah. Maumu dendam. Sengsarakan aku. Biar kapok. Sumbar tanpaku kau bisa. Tapi kau tuntut aku, bukan dia yang kau kasih nikmat lezatmu. Sang Arjunamu tertawa lebar, diatas penderitaanku. Itukah pilihanmu?

Aku lelah dengan drama ini. Dia yang enak, aku yang diperas. Alasannya aku yang salah. Jadi sutradara. Semua hanya bela diri. Cara cari benar sendiri. 

Ya sudah. Berbeda jalan sendiri sendiri. Semoga cepat usai. Aku sudah lelah berdebat. Kusyukuri saja drama ini. Kuiklaskan saja apa yang terjadi. Biar keadilan yang bicara. Siapa yang laknat. Siapa yang bejat. Siapa sutradaranya.

Aku lelah. Tapi tak putus asa. Aku masih pingin lihat polah arjunamu. Sang pengecut. Yang berani main belakang. Yang merampok nikmatku. Yang katamu, amalnya sundul langit. Ahli ibadah. Selalu bernyanyi dikaraoke. Hingga kamu terpesona. Tapi kelakuannya binatang, tak kenal agama. Selamat berbahagia, keadilan Allah jadi milikmu. 

Biarkan aku kembara dalam lelah. Ini hidupku. Tak usah kau urusi lagi. Tanggung jawabku tetap. Tapi aku tuntut keadilan. Nikmat apa lagi yang kau dustakan...

Rugi aku jawab. Karena yang kau cari benarmu sendiri. Semua akan kau pelintir. Selalu saja aku yang salah. Dikira aku suudhon. Prasangka. Menuduh. Bicara apapun rugi. Karena kau minta bukti. Dan aku sudah lelah.

Pergi saja bersamanya, sudahi drama ini. Agar datang berkah rejeki. Bertahan ini sakit. Semakin lama, akan semakin sulit. Karena bukan doa dukunganmu. Kau ingin melihatku sengsara. Dan sudah dikabulkanNya.

Kepuasan dendammu hanya jadi beban. Sudahlah, pergi saja. Aku sudah lelah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun