34 tahun berlalu. Masih saja menunggu. Janjian denganmu. Disini. Ditempat ini. Ditempat yang sama. Ditepi jalan itu.
Banyak kisah terlukis disana. Kebersamaan yang tak terekam. Pernah ada, tapi telah dilupakan. Pernah bersama, dengan tujuan berbeda. Dulu, saat kita masih kecil.
Entah kenapa tidak sedari dulu. Bersamamu. Membina kisah. Merajut kasih. Tapi inilah rahasia. Pertemuan kembali, diwaktu berbeda.Â
Jika aku tahu akhirnya denganmu, sudah dari dulu ku persembahkan hidupku. Untuk apa aku jauh berpetualang, jika akhirnya, kembali lagi disana. Menunggumu lagi, dalam cerita berbeda.
Takdir cinta yang bicara. Aku tak tahu. Aku tak mengerti. Aku hanya wayang wayang dalam takdir sang dalang. Berliku hingga aku jauh terbuang. Tersakiti. Dan kini kembali.
Berdiam seperti saat itu. Menunggumu disitu. Memutar waktu. Yang lapuk. Kenangan itu, bukan dulu, tapi sekarang. Bersamamu. Engkau hidupku. Dan masih harus Menunggu, untuk bisa bersamamu.
Hanya doa. Agar terwujud semua asa. Walau harus menunggu lagi. Menunggu dan menunggumu, tapi untuk bahagia. Bersamamu, untuk selamanya.
Aku harus bersamamu, karena ini amanat terakhir, Almarhum Ibuku. Al Fatihah, untuk bahagiakan ibuku disana. Pesan itu akan kuwujudkan. Dengan segenap jiwa ragaku.
Kepuh, kota Malang, 17 Desember 2020 Oleh Eko Irawan
