Kucoba sederhanakan bahagia. Tanpa syarat. Tanpa tuntutan. Hanya bisa melihat. Tapi tak kuasa memiliki.Â
Hasratku hanya satu. Punya kekasih. Kamu ada. Kamu mengisi setiap detikku. Kamu menanyakan kabarku. Dimana aku. Sedang apa. Kamu menghibur gundahku. Memberi jalan saatku tersesat. Kamu membawaku dalam terang. Dalam harapan baru. Tapi.....
Aku butuh sentuhan kasihmu. Aku kesepian. Dicekam sendiri. Seolah kamu ada. Seolah kamu selalu bersamaku. Tapi... Â
Bersamamu aku bahagia. Aku bisa merasakan cintamu. Cinta yang sederhana. Tapi, Tanpa ada kamu. Tanpa hadirmu. Hanya mampu sekejap melihatmu.....
Aku memang baru saja jatuh. Dalam runtuhnya hidupku. Aku tiada daya. Aku terlunta dalam sedih. Disitulah dirimu hadir. Memberi makna.
Dan akupun bangkit. Tanpamu, sudah dulu aku sakit. Mati rasa, mati nafas, mati tanpa arah. Karenamu aku berani melawan. Tapi....
Sudah jauh aku mencintaimu. Sangat jauh... Dan aku dalam sejuta tapi.....Â
Tetes air mata kering. Berkaca dalam perih. Teriris iris dalam duka. Merana. Disini. Sendiri. Bersamamu yang tak ada.
Inilah cinta yang gila. Kekasih bayangan yang tak ada. Kamu ada, tapi tak ada. Kamu bara, tapi padam tanpa nyala. Kamu ada, tapi sirna.
Aku tak bisa memilikimu, karena dirimu tak ada bersamaku. Kekasih Bayangan yang ada, tapi tiada.
Malang, 11 Desember 2020 oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H