Kamu diam. Aku juga diam. Hanya saling pandang. Tanpa kata. Tapi sorot mata bercerita. Tentang harapan dan cinta.
Sepuluh menit berlalu. Merasa getar hati bersamamu. memulai beri tanda dalam senyum simpulmu. Curhat apa lagi, bisikmu
Kita berteman Sejak sekolah di SD kebon kopi. Teman sebangku saat belum mengerti. Masih ingat bertengkar dan duduk menyendiri. Karena dikata pacaran sejak dini.
Sekarang kamu jadian bersamaku. Mengenang kenapa tak sejak dulu. Membuang waktu yang telah lalu. Kenapa tak memulai kemesraan sejak itu.
Lapar gumammu. Aku jadi ingat kulkasku. Kue bolu kukus punyaku. Suguhan pembuka kisah bersamamu.
Cairlah suasana. Dalam lembut kue bolu kukusnya. Saling suap dan canda tawa. Membuka tabir rahasia cinta
Inilah bahasa cinta. Membuka rahasia. Berdua. Melalui malam penuh cerita. Bersama membangun asa.
Semoga cinta ini disatukan. Bahasa ini jadi ikatan. Bersamamu duhai harapan. Bersama menuju masa depan.
Tlatah Bumi Slilir, 24 November 2020
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H