Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Reenactor, Museum, Kampung Wisata, dan Pembelajaran Sejarah

2 Juli 2019   14:10 Diperbarui: 2 Juli 2019   14:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri Reenactor Ngalam dalam rangka napak tilas Bajulan Kediri ke Nganjuk, Jatim

Bagaimana sebuah Hobby bisa dikembangkan lebih jauh dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, adalah sebuah tantangan bagi bagi pegiat hobby yang bersangkutan. Reenactor Ngalam adalah komunitas hobby dalam bidang sejarah Kemerdekaan Indonesia menjadikan dirinya satu satunya komunitas reenactor yang berupaya mengembangkan diri menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak hanya untuk intern Komunitas Reenactor Indonesia sendiri, tapi juga bermanfaat bagi khalayak Masyarakat Umum. Apa saja yang telah dilakukan Reenactor Ngalam untuk mengembangkan komunitasnya, berikut ulasannya. Semoga Menginspirasi.

Keluar Dari Zona Romantisme
Reenactor adalah sebuah metode belajar Sejarah yang menyenangkan bagi penghobby yang bersangkutan. Ada kebanggaan pribadi ketika melakukan sebuah impresi dan mengabadikannya dalam foto atau video. 

Impresi adalah upaya berperan mendekati aslinya dengan melengkapi diri dengan barang relik atau repro mendekati asli semua perlengkapan termasuk senjata dummy para pejuang, baik Indonesia maupun legiun asing; serta memahami latar belakang apa dan bagaimana sehingga dia memahami sejarah dari apa yang dilakukannya.  Ini dilakukan sebatas hobby dan diperkenalkan kepada komunitas penghobby sejenis.

Kegiatan Reenactor banyak berada dalam zona romantisme sejarah. Artinya, Para Reenactor ini dalam Bahasa Prof. Sartono, adalah para wisatawan masa kini yang menghidupkan kembali suatu masa Jaman dahulu yang ditampilkan diera kekinian. Rasa Kangen akan suasana romantisme era perjuangan banyak didalami para Reenactor. 

Mereka berkumpul dengan pakaian pejuang era kemerdekaan, baik Prajurit Indonesia maupun skuad legiun asing era perang dunia ke-2. Pada moment tertentu mereka berkumpul bersama untuk melakukan drama teatrikal peristiwa sejarah kolosal, antara lain Parade Juang Surabaya, memperingati Peristiwa 10 November dan Peringatan serangan Umum djogjakarta setiap 1 Maret. Ada Pula Jambore Reenactor Indonesia dengan Fokus Perang Dunia ke-2.

Acara acara ini termasuk dalam zona romantisme sejarah, dimana para pelaku memerankan suatu kegiatan romansa kisah peperangan di masa lalu dan melakukan pendekatan yang otentik terhadap peristiwa tersebut, sehingga Pemahaman sejarah para pelaku bisa diperoleh. 

Misalnya, dengan Napak Tilas Jendral Soedirman dari Bajulan Kediri berjalan kaki ke Nganjuk, apa yang didapat? Pemahaman betapa berat para Pejuang harus menandu Sang Panglima Besar bergerilya. inilah laboratorium sejarah yang memberikan sensasi pengalaman bagi pegiat reenactor, sehingga mereka mampu memaknai arti perting belajar sejarah langsung direka ulang- direenactment- dilapangan

dokpri Reenactor Ngalam dalam rangka napak tilas Bajulan Kediri ke Nganjuk, Jatim
dokpri Reenactor Ngalam dalam rangka napak tilas Bajulan Kediri ke Nganjuk, Jatim
Implikasi bagi pelaku reenactor sangat jelas, yaitu pemahaman pembelajaran sejarah, namun bagaimana dengan orang lain yang tidak hobby reenactor? Sebagai Penonton mereka hanya memahami kegiatan reenactor hanya sebagai costum perform belaka, ada yang menganggap karnaval dan nilai pembelajaran yang diusung tidak ada. Penonton tidak tahu apa maksud dan tujuan dari kegiatan dimaksud.

Koleksi Pakaian Pejuang, perlengkapan pendukungnya dan senjata dummy, atau replika senjata masa perjuangan para reenactor ini rata rata koleksi pribadi dan hanya bermanfaat bagi yang bersangkutan dan terbatas pada kalangan reenactor sendiri. Kebanggan ini belum menyentuh pada makna hobby harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 

Inilah kenapa Reenactor Ngalam berupaya keluar dari zona Romantisme Sejarah yang merupakan Zona nyaman dunia hobby historical Reenactment. Reenactor Ngalam bukan meninggalkan zona Romantisme Sejarah, Namun mengembangkan diri menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi khalayak umum, sehingga Reenactor tidak dianggap cosplay belaka atau sekedar Tentara karnaval.

Rintisan Musium Reenactor Ngalam
Satu destinasi yang unik dan hanya satu satunya di Indonesia adalah Musium Reenactor Ngalam. Orang awam, memandang musium ini tak jauh beda dengan Musium militer lainnya milik Kodam. Namun para pemerhati musium haruslah lebih jeli ketika masuk ke Musium ini. Mindset musium ini hanya tumpukan senjata harus dirubah. Tanyakan dari Mana senjata senjata yang dipajang di musium ini diperoleh?

Koleksi Musium Reenactor Ngalam pojok WW2 Sub tema Jerman | dokpri
Koleksi Musium Reenactor Ngalam pojok WW2 Sub tema Jerman | dokpri
Senjata senjata koleksi Musium ini adalah senjata replika dengan skala 1 banding 1. Koleksi ini hanya sebagian kecil yang bersifat airsoftgun, namun sebagian besar adalah karya sendiri dari Komunitas Reenactor Ngalam. Membuat sendiri? ya, inilah fakta kemampuan Reenactor Ngalam membuat sendiri Replika senjata ini dan uniknya ini berasal dari barang barang bekas. 

Jika musium militer koleksinya adalah barang relik sisa masa perjuangan dahulu, uniknya musium ini membuat replikanya dari barang bekas. Pengunjung pasti tidak bisa membayangkan bagaimana proses pembuatannya dengan peralatan serba sederhana dan sangat terbatas di bengkel Reenactor. Membuatnya juga tidak sembarangan, karena harus sesuai dengan detail asli dan kegiatan ini dalam pembinaan Bintaldam TNI melalui Musium Brawijaya Malang. 

Apakah tiba tiba bisa ngumpul langsung sebegitu banyak di Musium Reenactor? ternyata ini dirintis sejak Tahun 2007, artinya hingga tampil apa adanya sekarang adalah perjuangan tanpa lelah selama 12 Tahun. Bukan tiba tiba muncul. Semua ini dilakukan dengan swadaya dan kecintaan pada pembelajaran sejarah. Belum ada pihak terkait yang membantu proses pembuatannya dan semua dilakukan secara swadaya dan swakelola oleh Komunitas sendiri. Apakah ini tidak Unik?

Masukan dari Para Pengunjung tentang kenapa di musium ini tidak ada miniatur senjata dalam bentuk skala mini, Karena senjata yang dipajang disini adalah properti ketika kegiatan reenactment dilapangan. dibutuhkan ukuran asli 1: 1 ketika memerankan teatrikal drama pertempuran, sehingga penampilan drama tersebut mendekati real. adalah sangat lucu ketika drama teatrikal perang 10 november membawa senjata miniatur dalam ukuran mini. Karena dalam bukti otentik Foto sejarah Perang 10 November yang terekam di Musium Leiden Belanda, tidak ada bukti otentik para pejuang ini menenteng senjata miniatur atau membawa senjata era kekinian. 

Reenactment sangat jeli terhadap penggunaan properti. Hal hal ngawur tanpa dasar tidak bisa dibenarkan dalam reenactor, misal berperan sebagai Belanda tapi pakai doreng TNI jaman Now. Itu Jelas Ngawurologi, artinya, seragam TNI jaman Now itu belum diprodoksi Tahun 1945 dalam perang 10 November.

Destinasi Kampung Wisata Tawangsari Kampoeng Sedjarah
Rintisan Musium Reenactor Ngalam adalah destinasi Unggulan dari Tawangsari "Kampoeng Sedjarah." ini adalah upaya bagaimana sebuah hobby dan komunitas bisa memiliki makna pada lingkungan sekitar. Tawangsari sendiri adalah nama dusun Kuno di wilayah ini yang sekarang sudah tidak lagi di kenali. Mengangkat nama Tawangsari adalah upaya pelestarian Topoinimi asal usul dusun pembentuk kelurahan Sumbersari. 

Kenapa Sumbersari menjadi Kampoeng Sedjarah, Karena sejak Agresi Militer Belanda Tahun 1947, Kota Malang menjadi daerah pendudukan Belanda. Pihak TNI harus mundur jauh di Luar Kota. untuk kepentingan intelijen TNI masa itu, Daerah Sumbersari ini dijadikan Markas Komando Gerilya Kota. Ada sebuah Rumah di Gang III Sumbersari yang di jadikan Markas Pejuang. 

Markas ini dipimpin oleh Kapten Soemitro, yang menyamar sebagai Tasrip warga setempat. Beliau memegang KTP terbitan Belanda atas Nama Tasrip tersebut agar bisa memantau perkembangan pasukan Belanda di Kota Malang. Kapten Soemitro sendiri terahir Menjabat Pangkopkamtib Era Presiden Soeharto dengan Pangkat Jendral. Itulah inspirasi Awal kenapa jiwa patriotik Pemuda sekitar begitu lekat dengan Perjuangan Kemerdekaan dan mengembangkan Komunitas Reenactor Ngalam ini.

dokpri-gedung Musium Reenactor Ngalam
dokpri-gedung Musium Reenactor Ngalam
dokpri Kampoeng Sedjarah
dokpri Kampoeng Sedjarah
Destinasi ini adalah sebuah upaya mensosialisasikan Reenactor sebagai metode belajar kekinian. Pengunjung bisa datang pada Jam sore Hari setelah Ashar setiap hari Kecuali hari senin tutup. Musium ini memang jauh terletak di dalam kampung, tapi bukan kampungan. Di sini bisa belajar bersama tentang Sejarah Malang Bumi Hangus, Sejarah Gerilya Rakyat Kota Malang dan sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan di sini bukan menggurui, tapi sebuah upaya belajar bersama sejarah ala reenactor. Bahkan bisa pula belajar sejarah perang dunia ke-2. Jika Musium milik TNI hanya belajar sejarah Indonesia, disini bisa jadi jujugan rekan rekan pecinta sejarah Perang Dunia ke-2.

Dengan Destinasi Kampoeng seperti ini lambat laun akan mampu meningkatkan kunjungan ke masyarakat sekitar, dan akan bisa meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat. Disinilah dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar untuk turut memiliki dan uri uri milik masyarakat tersebut. Wujud dari dukungan masyarakat diwadahi oleh Pokdarwis "Kampoeng Sedjarah" yang kedepan Kapasitasnya akan semakin ditingkatkan.

Reenactor adalah metode Pembelajaran Sejarah
Dengan Perkembangan yang telah dicapai selama ini, tetaplah inovasi harus tetap dikembangkan. Apa yang dilakukan Reenactor Ngalam adalah upaya pengejawantahan sumbangsih sebuah hobby yang kemudian menjadi komunitas agar kegiatan ini, tidak terhenti sebagai kesenangan belaka dan terbatas pada pemahaman masing masing pribadi akan makna belajar sejarah. Sumbangsih ilmu ini harus ditransformasikan kepada masyarakat umum, terkhusus generasi muda  agar paham sejarah. Untuk apa paham dan pintar sendiri tapi tidak di share sebagai metode Pembelajaran Sejarah.

Memang konsep ini belum masuk ke Kurikulum Pendidikan Nasional, Namun demikian, Apresiasi dari dunia Pendidikan juga sangat Baik, di Mana Wakil dari Reenactor Ngalam diberi kesempatan Untuk Mempresentasikan Konsep Reenactor ini dalam seminar sejarah Nasional Tahun 2018 yang di Adakan di Kampus UGM Jogjakarta Pada Hari Ulang Tahun sejarah Tahun 2018. Kegiatan ini di fasilitasi oleh Kemendikbud Republik Indonesia.

Demikian Kiprah Reenactor selama ini, dari sebuah Hobby menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat yang di formulasikan dengan beberapa bentuk kegiatan Riil. Hal ini, masihlah jauh dari sempurna. Namun sumbangsih kecil ini semoga menginspirasi kita semua. Mengkritik itu mudah, namun sudahkah memikirkan sesuatu langkah yang bermakna bagi Nusa Bangsamu?

Bagaimana dengan Anda, Apa yang sudah anda lakukan untuk Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun