Kegiatan komunitas sejarah di era kekinian terasa kurang greget dan dibutuhkan sebuah metode alternatif untuk menumbuhkan minat belajar sejarah bagi generasi muda di sekolah sekolah dan di perguruan tinggi. Berikut mencoba mengupas fenomena ini dari kaca mata Reenactor. Bisakah sebuah komunitas mengawalinya? Mari kita bahas bersama!
Metode Pembelajaran Selama ini
Kami memang bukan guru atau dosen sejarah, tapi kami berkecimpung dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Agar tidak terlalu luas, yang kami maksud sejarah di sini adalah fokus komunitas kami sendiri. Kisaran tahun 1945-1949 tentang sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia.Â
Selama ini, pembelajaran sejarah di sekolah terasa sangat membosankan. Kenapa? karena masih bersifat hafalan nama tokoh, peran tokoh dan tahun kejadian. Mungkin penilaian kami ini salah, namun berangkat dari sebuah fakta tentang seorang anak SMP yang bertanya kepada kami, "Siapa londo Pak? Pemain bola ya?" rasanya aneh karena anak anak itu telah memperoleh pembelajaran sejarah di sekolahnya.
Saat kami menggelar sebuah drama teatrikal, bercerita tentang Peran Hamid Rusdi dalam agresi Belanda di Kota Malang, kami ditanya bab kehadiran Belanda dalam kisah sejarah yang kami usung. Mereka mengenali Belanda sebagai negeri "Kincir Angin" yang jago bola. Mungkin ini hanya ketidaktahuan dia yang bisa saja waktu diajar pelajaran tersebut ketiduran atau membolos, namun fenomena ini sangat memprihatinkan. Pertanyaannya, ada apa dengan metode pembelajaran sejarah di sekolah kita.
Peran Komunitas Sejarah dalam menyampaikan Pesan Pendidikan Sejarah
Sebagai komunitas penggiat sejarah, Reenactor Ngalam berusaha memperjuangkan pengenalan sejarah perjuangan kemerdekaan melalui metode kekinian yang sedang kami kembangkan. Komunitas tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini kecuali konsep ini diadopsi secara nasional oleh instansi terkait. Komunitas kami berbasis swadaya, sehingga sangat tidak memungkinkan untuk bertindak lebih dari kuasa kami.
Komunitas hanya mampu merintis sesuai apa yang kami mampu lakukan. Menumbuhkan minat belajar sejarah tidak bisa instan. dibutuhkan proses mengajak seorang partisipan untuk turut gabung belajar sejarah bersama reenactor.Â
Catatan perjuangan kami merintis komunitas ini tidak begitu saja muncul ke permukaan. Dibutuhkan tidak kurang 11 Tahun, terhitung sejak Tahun 2007 kami berjuang mengangkat metode Historical Reenactment sebagai sebuah metode alternatif. Penjelasan tentang metode yang kami maksud, telah kami tulis di Kompasiana. (antara lain di link berikut: https://www.kompasiana.com/eko67418)Â
Tantangan Pengembangan Komunitas Sejarah
Tidak mudah mengangkat materi sejarah dalam sebuah event. Komunitas Penggemar Kucing, bisa jadi lebih heboh dikunjungi follower. Inilah tantangan bagi para penggiatnya. Agar komunitas ini tetap eksis, beberapa langkah telah kami lakukan dan sosialisasikan. Secara rutin kami mengikuti event tahunan di beberapa kota, antara lain pada Parade Juang di Surabaya dan Peringatan serangan Umum di Jogjakarta.