Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Fenomena"Wani Silit, Ra Wani Rai" dalam Media Sosial

18 Oktober 2018   14:59 Diperbarui: 18 Oktober 2018   15:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IKON MEDIA SOSIAL KEKINIAN (dreamstime.com)

Yang lebih parah, orang orang tipe ini ada disekitarmu, bahkan bisa jadi dia teman lamamu. Yang berbahaya, mereka sedang mencari mangsa. Mereka menganggu Kamu, tapi kamu karena sudah dicuci otak olehnya akan melawan kalau diingatkan. sing penting, Kamu akan mbelani dia. inilah pecitraan diri yang akan menghipnotis orang lain menuju maksud tertentunya. Misal, dia punya motivasi merusak rumah tangga orang, Merebut pacar orang lain, dan tujuan jahat lainnya.

Tobat dari kepalsuan diri

Setiap pribadi diberi kesempatan sebebas bebasnya untuk mencitrakan diri seperti apa dalam hidupnya di media sosial. Mentang mentang ini dunia maya, maka hukum di dunia nyata tidak berlaku. Menipu ya tetap menipu. Bohong ya tetap bohong. 

Agama dan kepercayaan manapun apa menganjurkan kebohongan dan menipu pihak lain sebagai perbuatan baik? Tobatlah saudaraku, apa sih yang Kamu cari dengan berpura pura sebagai orang baik tapi kamu menipu, merusak rumah tangga orang lain, mengganggu usaha pihak lain? Bangga ya jika sebuah rumah tangga hancur oleh perbuatanmu? inilah sosok fenomenal pepatah jawa, "Wani silit, Ra wani Rai" artinya sang pengecut, beraninya main belakang, dia selalu lempar batu sembunyi tangan. Pura pura menolong tapi memanfaatkan. 

Dia akan cuci tangan dari setiap akibat yang terjadi. Adu domba pihak lain, yang lain tawuran, sosok ini tepuk tangan. Jika dituntut, akan kabur melarikan diri pihak lain yang hancur akibat perbuatannya. Sungguh terlalu prilaku seperti ini.  Tobatlah Brow..

Semoga Menginspirasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun