Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jaranan: Paham Sesat Vs Paham Spiritual

25 Januari 2023   16:07 Diperbarui: 25 Januari 2023   16:11 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seni jaranan, siapakah yang tidak tahu saat ini. Tidak hanya kalangan dewasa, kalangan anak-anak pun menggandrunginya. Suka karena musik nya, suka karena atrkasinya, suka karena ada hiburan dari biduannya, suka karena seni tariannya, suka karena kejadian menegangkan manakalan pemainnya kesurupan dan masih banyak lagi alasan yang mendasari seseorang dalam menyukai seni jaranan. 

Jaranan sendiri memili banyak jenis, sebut saja jaranan buto, jaran kepang, jaranan jur, jaranan dor, jaranan pegon, jaranan campur sari dan masih banyak lagi. Masing-masing memiliki karakteristik, ciri dan gaya sendiri-sendiri dalam mempertunjukkannya.

Itu baru dari jenis berdasarkan karakteristik, ciri dan gaya, jaranan juga dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori usia yang memainkannya dan dapat juga berdasarkan gender.  Banyak yang menganggap ketika anak-anak memainkan pertunjukkan jaranan, itu dianggap tidak mendidik. Namun, hal tersebut hanyalah sebuah perspektif belaka. 

Penentuan dan pemilihan seorang anak dalam memainkan seni jaranan tentunya sudah didasarkan atas berbagai pertimbangan diantaranya adalah aspek keselamatan, aspek kemudahan dibawakan dan lain-lain, yang tentunya sudah dipastikan aman bagi anak-anak dan memberikan value added bagi mereka. 

Bahkan, pada tahun 2022 lalu, dalam perayaan HUT RI yang ke-77 anak-anak putra dan putri terbaik di Kecamatan Batu Retno, Wonogiri dibawah naungan K3S Korwil Cambadik Baturetno menggelar Aksi pentas secara kolosal Tari Kridaning Jaran Bocah.

Hasilnya sungguhlah diluar dugaan, penambilan anak-anak tersebut sangat memukau penonton dan bahkan membuat Camat Baturetno bangga karena dapat mewadahi bakat anak-anak terutama di seni tari

Pementasan tari Kridaning Jaran Bocah merupakan wujud komitmen pemerintah daerah terhadap pelestarian seni budaya. Kohesi gerakan menunjukkan rasa persatuan dan kesatuan. Lincah dan gesit khas seorang bocah, seolah mencoba menggambarkan generasi muda penerus bangsa yang siap bergegas memperbaiki diri dan berkontribusi untuk Tanah Air.

Sedangkan, untuk yang gender perempuan yang memainkan jaranan, pada dasarnya memang secara umum dianggap tidak lazim. Hal tersebut didasari alasan karena menari mengandung resiko yang besar dan berbahaya. Risiko-risiko tersebut dapat mengekspos tubuh dan diri penari, bahkan dapat disalahgunakan. Beberapa orang menganggap keikutsertaan penari dalam pertunjukan Jaranan sebagai wanita yang tidak baik, tidak bermoral, atau “murahan”. 

Namun, di Banyuwangi, anda akan banyak menemui perempuan yang ikut berpartisipasi pada pertunjukan tari jaranan, khususnya ketika membawakan jaranan Buto. Melihat pementasan Jaranan Buto yang dibawakan oleh Paguyuban Sekar Dhiyu, banyak penonton yang terpana dalam membedakan aksi penari antara penari wanita dan penari pria, khususnya dalam peran tari Jaranan. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dita Ari Sandi dan Eko Wahyuni Rahayu Mahasiswi UNESA pada tahun 2021, dengan judul penelitiannya yakni "Peranan Penari Perempuan dalam Pertunjukan Jaranan Buto Paguyuban Sekar Dhiyu di Kabupaten Banyuwangi" menemukan hasil bahwa masuknya penari wanita ke dalam Paguyuban Sekar Dhiyu terhitung sejak abad ke-21. Saat itu, cukup banyak penari yang mau bergabung dengan paguyuban ini. 

Pada awalnya jumlah penari di Paguyuban Sekar Dhiyu berjumlah 10 orang, seiring dengan berjalannya waktu peminat para penari tersebut semakin meningkat, sehingga saat ini berjumlah 20 orang penari.Bertambahnya jumlah penari tersebut merupakan sebuah keberuntungan, karena perubahan tersebut membuat komunitas ini dikenal luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun