Licin sekali memang, lidah dan mulut manusia untuk berucap, berdalih dan bersilat lidah. Akan tetapi, belum tentu dirinya sendiri dapat melakukan atau mewujudkan apa yang dia katakan kepada orang lain.Â
Ketika sudah seperti itu, mereka lupa atas apa yang mereka katakan, solah-olah kakinya seret untuk melangkah dan mulutnya enggan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.
JIka sudah demikian, tiada lagi ketentraman, perdamaian dan persaudaraan. Yang terpelihara justru penyakit hati, iri dengki, tebar fitnah dan sejenisnya. Padahal, hanya karena satu kata dan keseleonya lidah, nyawa bisa melayang seperti kasus diatas tadi.
Untuk itu saudaraku, janganlah demikian, perjuangkan takdirmu namun juga imbangi dengan sikap apa adanya, jujur, amanah dan penuh tanggung jawab. Jangan kotori mulutmu dengan celotehan sengkuni, namun percepat langkah kakimu layaknya satria pringgondani.
==Gamboel==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H