Pendidikan dalam kondisi Covid 19 merupakan pendidikan yang mengharuskan siswa untuk menggunakan gawai dalam pembelajaran. Kondisi seperti ini membuat guru tidak dapat secara maksimal memantau siswa siswi dalam proses pembelajaran.
Siswa dituntut untuk memahami sendiri materi yang sedang diajarkan dengan keterbatasan pemahaman dari setiap siswa siswi yang berbeda satu sama lain, dengan kemampuan guru yang maksimal dan keterbatasan pemahaman mengenai teknologi terkini menjadi problem tersendiri yang menghambat proses pembelajaran menuju kata maksimal.Â
Gawai, kuota, pulsa semua itu bisa didapat dengan uang, dengan sistem pembelajaran daring itu semua perlu sebagai kompenen yang dapat membuat proses pembelajaran terjadi.Â
Sistem pembelajaran yang bisa dilakukan untuk siswa siswi yang mengalami hambatan Gawai, kuota, pulsa bisa mengitu luring, tetapi apa yang bisa diperbuat saat siswa luring dan daring mendapatkan hasil yang berbeda? Berbeda dalam artian siswa luring bisa mendapatkan nilai yang lebih dibanding siswa yang mengikuti daring.Â
Perbedaan tersebut berdampak juga terhadap hasil yang dicapai dalam laporan hasil siswa (Rapot). Kebiasaan menunda tugas biasa dilalukan oleh siswa daring sehingga samakin lama menunda semakin menurun nilai yang akan di dapat karena merujuk terhadap asas keadilan, tetapi saat siswa daring memiliki pembelajaran kumplit untuk mengisi nilai harian tetapi telat dalam pengumpulan selalu di tanya "Mengapa dia nilainya kurang?" bagi seorang yang belum berpengalaman seperti saya asas keadilan selalu dipertimbangkan, tetapi saat keadilan diterapkan muncul suara yang berkoar koar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H