Sejak pertengahan bulan Mei hingga Juli nanti, kami diberikan kesempatan oleh ruangguru.com untuk mengikuti Pelatihan Kompetensi Pengajar (PKP) secara online melalui https://lms.ruangkerja.id/. Beberapa hari di bulan ini, kami telah sampai pembelajaran tentang kompetensi sosial pengajar. Topik ini berisi beragam informasi untuk meningkatkan kemampuan intrapersonal dan interpersonal pengajar dalam berkomunikasi dan berinteraksi di dalam maupun di luar lingkungan balai pelatihan atau sekolah. Peserta yang mengikutinya adalah para pengajar yakni widyaiswara, instruktur, dosen dan guru dari seluruh Indonesia. Berikut kami rangkum materi pembelajaran tentang kompetensi sosial pengajar yang telah kami terima dari instruktur, Ibu Nurul Fitrianatijah. Semoga bisa jadi ilmu berfaedah dan berkah bagi Bapak/Ibu pengajar. Aamiin.
Pentingnya Kemampuan Berkomunikasi yang Efektif
Ada dua orang pengajar (widyaiswara, instruktur, dosen atau guru), keduanya mengajar mata pelajaran atau mata pelatihan yang sama dengan menggunakan strategi pembelajaran yang juga sama. Kelas yang diajarkan oleh Pengajar A menunjukkan respon yang positif dan menghasilkan prestasi yang sukses dalam mata pelajaran atau mata pelatihan tersebut. Sementara kelas yang diajarkan oleh Pengajar B menunjukkan hasil yang sebaliknya. Setelah ditelusuri ternyata terdapat perbedaan cara komunikasi dari kedua pengajar ini.
Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Bagi seorang pengajar, setiap harinya pasti berinteraksi dengan para peserta pelatihan atau siswa, sesekali bertemu dengan orang tua atau bekerja sama dengan para pengajar lainnya. Semuanya membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik. Oleh karenanya, sudah pasti kemampuan berkomunikasi harus terus kita tingkatkan.
Berdasarkan pengertiannya, komunikasi adalah proses menyampaikan informasi yang bermakna dari satu individu ke individu lainnya. Tidak ada proses komunikasi yang salah, tapi yang ada hanyalah komunikasi yang efektif dan tidak efektif. Komunikasi yang efektif akan menghasilkan hubungan yang positif dan akan mendukung tercapainya tujuan. Sementara itu, komunikasi yang tidak efektif akan menunjukkan hasil yang sebaliknya. Seperti dalam ilustrasi cerita sebelumnya, disebutkan bahwa ada perbedaan cara berkomunikasi dari Pengajar A dan Pengajar B. Kelas yang diajarkan oleh Pengajar A menunjukkan respon yang lebih positif dan prestasi yang lebih tinggi dalam mata pelajaran tersebut. Sedangkan kelas yang diajarkan oleh Pengajar B menunjukkan hal yang sebaliknya. Ternyata Pengajar A menerapkan cara berkomunikasi yang efektif sedangkan Pengajar B belum menerapkan hal tersebut.
Komponen Verbal dalam Komunikasi yang Efektif
komunikasi verbal dalam 7C yang dapat menciptakan komunikasi efektif. Poin-poin dalam 7C tersebut yakni completness atau kelengkapan, conciseness atau keringkasan, consideration atau pertimbangan, clarity atau kejelasan, concreteness atau penggunaan bahasa yang konkret, courtesy atau budi bahasa, dan correctness atau keteraturan bahasa. Mari kita bahas satu persatu.
Terdapat dua komponen utama yang menyusun komunikasi yang efektif yaitu komponen verbal dan non-verbal. Profesor Scott dan Allen dari Universitas Wisconsin (1995) merangkum poin-poin penting dariCompletness atau kelengkapan artinya kita perlu menyampaikan informasi secara tuntas, tidak setengah-setengah. Meskipun demikian, kita juga perlu memperhatikan conciseness atau keringkasan dari informasi yang kita sampaikan. Hal ini berarti bahwa penyampaian informasi perlu dilakukan secara lugas atau to the point, tidak bertele-tele, tidak banyak mengulang-ulang informasi.
Kemudian prinsip ketiga adalah consideration atau pertimbangan artinya kita perlu mempertimbangkan dan memahami kebutuhan lawan bicara kita. Untuk bisa melakukan hal tersebut kita perlu menempatkan diri sebagai lawan bicara sebelum kita mengatakan sesuatu.
Selanjutnya clarity atau kejelasan artinya kita perlu memastikan tujuan dari pesan yang kita sampaikan dengan jelas sehingga pesan tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh lawan bicara kita. Anita Woolfolk dalam bukunya berjudul Educational Psychology (2016) menyebutkan beberapa strategi yang baik untuk menciptakan kejelasan dalam berkomunikasi. Beberapa diantaranya adalah memilih kosakata yang mudah dipahami dan sesuai dengan level pendidikan siswa; berbicara dengan kecepatan yang sesuai, tidak terlalu cepat atau lambat; menyampaikan informasi dengan jelas dan menghindari hal yang sama; serta menggunakan perencanaan dan keterampilan berpikir yang logis sebagai dasar untuk berbicara dengan jelas.