Kalau kita melihat bangunan masjid pertama yang dipandang tentu tertuju pada fisik bangunan masjid. Kemegahan sebuah masjid terasa lengkap ada menara menjulang tinggi, aristektur, dan  warna cat  yang indah menunjukan kemegahan sebuah masjid atau icon suatu daerah.Â
Pada umumnya cat warna masjid zaman dahulu berwarna hijau atau putih lebih dominan merupakan ciri khas masjid-masjid di Indonesia. Namun, sekarang ini warna hijau atau putih bukan lagi suatu keharusan.Â
Kini masjid telah mempercantik diri dengan memadukan aspek artistik, dilengkapi fasilitas seperti wahana permainan, resto, ruang olahraga yang menjadi salah satu daya tarik untuk pengunjung (wisatawan). Warna cat masjid sekarang ini terlihat moderat, tidak terpaku pada warna hijau atau putih, tetapi banyak juga menggunakan warna selain tersebut, seperti crem, gold, biru muda, kuning, bahkan warna merah. Â Â
Nah... Masjid Merah Pandaan yang saya kunjungi ini memang unik, berbeda pada umumnya bila dilihat dari sisi arsitektur, warna maupun tempatya. Warna merah bukan melambangkan sebuah nama parpol. Dari keterangan warga setempat, tidak ada kaitan warna merah masjid dengan parpol mana pun.Â
Masjid Merah dibangun oleh tokoh masyarakat setempat. Namanya, H. Moekhlas Sidik. Masjid merah itu pun diberi nama Masjid Moekhlas Sidik oleh pemiliknya.Â
Masjid Moekhlas Sidik diresmikan pada hari Kamis, tanggal 19 September 2019 bertepatan dengan 19 Muharram 1441 H oleh H. Moekhlas Sidik. Kebetulan nama masjid dan nama yang meresmikan sama, tanggal kalender masehi, dan kalender Hijriah.
Selain memiliki keunikan warna dan tanggal peresmian, Masjid Merah juga memiliki view yang indah, terlihat jelas Gunung Penanggungan di sisi Masjid Merah. Lokasi masjid di sekitarnya berupa hamparan sawah, kian menambah asri suasana di sana.Â
Di lingkungan masjid terdapat kafe/resto terlihat cukup luas dan asri membuat para pengunjung yang makan dan minum akan betah untuk berlama-lama menikmati suasana Masjid Merah.Â
Harga makanan dan minuman di sana dijual terjangkau sesuai kantong kita. Menunya pun variatif seperti aneka penyetan, rica-rica, hingga nasi goreng pun, juga tersedia dim sum.Â
Selain itu juga banyak cemilan tersedia, seperti kentang goreng, tempe mendoan, dan lain-lain. Di lokasi ini juga tersedia tempat bermain anak. Jadi, yang membawa keluarga tidak perlu khawatir. Lokasi di masjid sini seperti di villa, adem, sejuk sambil ngopi-ngopi atau minum teh hangat.
Untuk menuju lokasi Masjid Merah Pandaan terletak di Desa Bululawang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, ada beberapa alternatif yang dapat dipilih. Jika menggunakan kendaraan umun dari utara Anda dapat naik bus dari terminal Purabaya, Surabaya terdapat rute dari Surabaya -- Malang, lalu turun di terminal Pandaan  bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam perjalanan.Â
Sebaliknya, jika keberangkatan dari selatan, Â Anda dapat naik bus dari terminal Arjosari, Malang, rute Malang -- Surabaya, atau dari timur dapat naik dari terminal Pasuruan menuju terminal Pandaan. Setelah sampai di Pandaan, Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan ojek atau taksi hingga ke lokasi. Â
Sebagai Tempat Wisata
Masjid Merah Pandaan didesain dengan arsitektur khas Indonesia yang kental, di antaranya bentuk atap bercorak sepatu kuda dan hiasan ukiran khas Jawa. Warna merah yang menjadi ciri khas masjid ini menambah pesona Masjid Merah Pandaan yang sangat menawan. Arsitektur masjid yang dipadukan dengan pegunungan yang indah dan alam yang hijau membuat tempat wisata ini sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga.
Dengan tidak menghilangkan fungsi utamanya sebagai tempat ibadah umat Islam, kini Masjid Merah banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Masjid terletak di tengah persawahan membuat view-nya cukup menawan, terlebih jika dilihat dari kejauhan.Â
Bila dipandang di setiap sudut masjid dan di sekitarnya pun cukup instagramable, sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama di sini baik untuk beribadah maupun berswafoto.
Di sekeliling masjid sudah dibangun beberapa fasilitas untuk memanjakan pengunjung, seperti lahan parkir, kamar mandi/toilet, resto/kafe, tempat bermain anak, dan tersedia dokar bagi yang ingin keliling yang disediakan jalan khusus depan halaman masjid. Uniknya dokar ini telah dimodifikasi, yakni bagian depan bukan ditarik dengan kuda, tetapi diganti binatang ala 'Dinosaurus', yang badannya berada di atas satu roda depan.Â
Dan tiap beberapa menit tiap 'Dinosaurus' ini mengeluarkan suara seperti 'Dinosaurus' beneran mengingatkanku seperti dalam film Jurassic Park. Dokar ini hanya memuat  2 orang, seperti naik bajaj, tetapi dikemudikan sendiri oleh penumpang sebelah kanan, sebelah kiri hanya pendamping. Jadi naik dokar ini, terlebih dahulu dipandu oleh pemilik dokar seperti melajukan, memperlambat/mengerem di panel stang kemudi.  Adapun tarif naik dokar sekali keliling dipungut Rp 25.000,-.
Ibu-ibu jama'ah tafsir Masjid Al-Akbar tertarik pada ingin naik dokar 'Dinosaurus' sampai antri nunggu giliran naik setelah beli tiket. Ketika ada yang turun dari dokar, baru bergantian yang menunggu naik dokar sebelumnya dipandu cara mengopeasikan dokar oleh seorang pemandu wisata ini.Â
Ibu-ibu yang ada pendapingnya (suami) naik dokar berjalan aman dan lancar saja. Tetapi, giliran yang naik ibu-ibu (2 orang), salah satunya ada masalah yaitu dokar yang ditumpangi oleh Bu Ari dan Bu Rachmat setelah berjalan sekitar 10 meter nggak bisa bergerak alias berhenti.Â
Karena takut dan tidak bisa menlajutkan akhirnya Bu Rachmat minta tolong ke saya untuk menggantinnya. Kata Bu Rachmat sulit waktu jalankan, ternyata pegangan di stang dokar terasa berat untuk me-gas. Mau nggak mau saya harus menggantinya. Lalu saya naik dan kendalikan dokar itu bisa jalan dengan pelan, berhati-hati, dan memang tarikan gas di stang kanan agak berat, sehingga Bu Rachmad nggak bisa menjalankan dokar itu.
Keindahan Arsitektur Masjid Merah Pandaan
Masjid Merah Pandaan didesain dengan arsitektur khas Indonesia yang kental, di antaranya bentuk atap bercorak sepatu kuda dan hiasan ukiran khas Jawa. Warna merah yang menjadi ciri khas masjid ini menambah pesona Masjid Merah Pandaan yang sangat menawan. Arsitektur masjid yang dipadukan dengan pegunungan yang indah dan alam yang hijau membuat tempat wisata ini sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga.
Merah, warna yang sangat mencolok dan berani, apalagi kalau digunakan untuk warna cat sebuah masjid. Bagaimana tidak, warna cat masjid umumnya berwarna hijau, putih, gold, dan sejenisnya. Tanpa disadari, ternyata inilah yang nenjadi daya pikat Masjid Merah. Warna yang tidak umum inilah yang menimbulkan keingintahuan masyarakat karena dipandang sebagai sesuatu yang baru dan berbeda.Â
Uniknya lagi, masjid ini didesain tanpa pintu dan jendela. Hanya berdiri tiang-tiang kokoh yang mengelilingi bangunan masjid. Jadi pengunjung bisa masuk dari sisi mana saja. Bangunan masjid ini juga, tidak ada menara dan hanya ada kubah di bagian tengahnya.
Bernama Asli 'Masjid Moekhlas Sidik'
Saya pun tidak tahu bahwa Masjid Merah memiliki nama asli 'Masjid Moekhlas Sidik'. Nama itu diambil dari nama salah seorang tokoh masyarakat yang membangun masjid tersebut dari kantong pribadinya yaitu H. Moekhlas Sidik. Beliau merupakan seorang purnawirawan TNI dengan pangkat Laksamana Madya (Laksda).
Dilansir dari tni.mil.id, Laksda Moekhlas Sidik lahir di Jombang, tanggal 12 Juli 1953. Ia sebelumnya menjabat sebagai Staf Ahli Manajemen Nasional di Lemhanas RI sejak 23 Mei 2005.Â
Setelah menamatkan pendidikan militer di Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) tahun 1977, Moekhlas mengawali karir militernya di armada KRI Lambung Mangkurat sebagai Padiv Bah pada tahun 978. Kemudian, penugasan selanjutnya tahun 1988 menjadi Pembantu Athan di Davao, Filipina. Ia menempati posisi di Bais sebagai Karo I Ilpeng dan Pasubsi Mindik (1992-1993).
Pada tahun 1994, ia bertugas di KRI Samdikun sebagai Palaksa. Komandan KRI Singa (1995) dan Komandan KRI Malahayati (1996). Pada 1997 menjadi Dansatpaska Koarmatim, Dan Satfib Koarmatim (2000), dilanjutkan menjadi Dan Flotila I di Koarmatim (2001).Â
Pada tahun 2002 ia menjadi Komandan Gugus Kemanan Laut Timur (Dan Guskamlatim), menjabat Danlantamal VI (2003), kemudian mendapat tugas sebagai Kasarmabar (2003). Pada tanggal 3 Maret 2010 ia dipercaya menduduki jabatan Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI menggantikan Marsdya TNI Edy Harjoko.
Sungguh menyenangkan berkunjung ke Masjid Merah, Anda bisa untuk beribadah sekaligus tempat refreshing. Selesai salat saya dan rombongan bisa bersantai sejenak, beristirahat sambil menikmati makanan di Waroeng Sumringah, yang bersebelahan dengan Masjid Merah.Â
Tak lama lagi terlihat matahari condong mau tenggelam, tiba waktunya kami rombongan balik ke Surabaya, dan kulihat terpancar wajah ceria, bahagia rombongan jama'ah tafsir Masjid Al-Akbar di dalam bus.
Oleh: Eko Setyo Budi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H