Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Suka traveling, kuliner, baca buku/menulis dan jogging..

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Lontong Kupang Kuliner Khas Sidoarjo yang Kaya Gizi

20 Agustus 2024   19:02 Diperbarui: 20 Agustus 2024   19:03 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Kupang Pak Sali  Jl. Raya Masangan Wetan, Sukodono, Sidoarjo. Sumber: Fatma Roisatin Nadhiroh/idntimes.com 

Pak Kartolo sedang menyajikan lontong kupang (Sumber: Dokumen pribadi, 2024)
Pak Kartolo sedang menyajikan lontong kupang (Sumber: Dokumen pribadi, 2024)

Sejarah Lontong Kupang di Sidoarjo

Lontong kupang merupakan kuliner khas dan identik dengan Sidoarjo sebagai penghasil kupang. Asal usul lontong kupang yang menjadi hidangan khas Sidoarjo ini keberadaan telah berlangsung lama turun menurun. Menurut Ir. Abriyani dalam jurnal Sejarah dan keberlanjutan di Kabupaten Sidoarjo oleh Rahmi Safrida, hidangan lontong kupang telah ada sejak zaman dahulu dan dikenal sebagai khas di wilayah pesisir, khususnya bermula di daerah Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Namun, jejak lebih lanjut mengenai sulitnya ditelusuri karena hidangan ini telah diwariskan secara turun menurun sejak puluhan tahun lalu. Tiap tahun penduduk Desa Balungdowo mengunjungi makam Dewi Sekardadu, yang diyakini sebagai Dewi Kemakmuran, untuk memohon agar hasil laut, termasuk lontong kupang, melimpah. Dewi Sekardadu yang jasadnya ditemukan oleh nelayan kupang di Desa Balongdowo. Dewi Sekardadu adalah seorang putri dari Blambangan yang meninggal di laut itu. Sejak itu pula para nelayan kupang melakukan upacara Nyadran setiap bulan Maulud, menjelang Ramadhan. Mereka meyakini Dewi Sekardadu menjaga keberadaan kupang agar dapat diambil dan dikonsumsi warga Desa Balongdowo dan mengolah hasil laut seperti kupang sejak berabad-abad yang lalu.

Dari sejumlah fakta tersebut, bahwa "Lontong Kupang" telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, meskipun tidak ada catatan atau saksi hidup yang memudahkan penelusuran sejarahnya. Perkembangan lontong kupang dari dulu hingga sekarang, dinilai tumbuh pesat, namun tidak ada inovasi baru. Tingkat konsumsi di masyarakat bervariasi. Ada yang sangat menyukai dan mengonsumsinya hingga dua kali seminggu, sementara yang lain mungkin hanya sesekali atau menganggapnya sebagai hidangan yang kurang penting. Sebaliknya, ada juga yang sama sekali tidak menyukai karena alasan kebersihan dan kekhawatiran akan pencemaran laut tersebut. Namun, meskipun ada beberapa yang tidak menyukai, tingkat konsumsi kupang lontong secara keseluruhan stabil.

Kupang ditangkap oleh nelayan kupang Sidoarjo, berada diperairan pantai yang berlumpur akan berjumlah lebih banyak saat musim penghujan dan keadaan ombak di pesisir pantai kecil. Pada saat musim kemarau, jumlah kupang lebih banyak lagi dari musim penghujan. Kupang sering disebut dengan kupang jawa atau bahasa ilmiah Musculitas senhausia merupakan salah satu jenis binatang laut yang mempunyai cangkang yang termasuk dalam pylum Mollusca. Pylum Mollusca memiliki tubuh yang lunak, yang dilindungi oleh cangkang penyusun utamanya adalah kapur (Nelson, 2011). Mollusca memiliki dua organ utama dalam tubuh yaitu kepala kaki yang sebagian besar berisi struktur sensorik yang biasanya berperan dalam aktivitas gerak dan dalam proses makan dan massa visceral merupakan pelindung organ tubuh dan sistem respirasi yang berbentuk lapisan tebal yang ngelilingi tubuhnya (Nelson, 2011). Kupang merah hidup di bagian tepi pantai (lebih kurang 80 m dari pantai) dengan dasar lumpur halus yang bercampur pasir. Kupang merah hidup secara bergerombol yang sangat padat dan saling mengikat satu dengan yang lainnya (Prayitno dan Susanto, 2005).

Kupang putih (Corbula faba) banyak ditemukan di daerah pantai terutama sekitar muara, misalnya Muara Sungai Kepitingan Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo dan Muara Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo (Ambarwati & Trijoko, 2011). Sedangkan kupang merah lebih banyak ditemukan di kawasan ke arah laut. Kupang putih berukuran lebih kecil dari kupang merah. Kupang merah memiliki rasa lebih gurih, namun pengolahannya relatif lebih sulit karena terdapat benang byssus yang merupakan ciri khas Famili Mytilidae (Poutier, 1998).

Kupang Yang Kaya Gizi

Hewan kupang ternyata didalamnya mengandung gizi yang tinggi untuk kesehatan tubuh bila dikonsumsi. Hal ini diketahui bahwa komposisi gizi kupang putih meliputi air % 72.96 %, protein 9,05 %, lemak 1,50 %, karbohidrat  1,02 %, abu 3,80 %  (Fakhrudin, 2009). Kandungan mikronutrien kupang yang bermanfaat bagi kesehatan yaitu  Fe (zat besi) dan Zn (Zicn/seng). Zat besi (Fe) dan seng (Zn) dengan masing-masing kadarnya sebanyak 133,800 ppm dan 14,839 ppm (Baswardono, 1983). Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan sel darah merah. Sedangkan Seng merupakan komponen penting beberapa enzim dan metabolisme dalam tubuh. Kupang juga mengandung asam lemak yang dibutuhkan tubuh manusia.

Apabila kita mengonsumsi lontong kupang ukuran porsi dalam 100 gram diperoleh nilai gizi:  kalori 175 kkal, lemak 4,67 g, karbohidrat 7,93 g, protein 24,24 g. Berikut informasi gizi mengonsumsi kupang dengan ukuran porsi 100 gram. Lihat tabel di bawah ini.

No

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun