Apakah manusia itu makan hanya untuk hidup? Atau sebenarnya lebih dari sekedar untuk hidup? Makan dalam masyarakat kita (Indonesia) bukan sekedar untuk “menjadi hidup” tetapi punya adab sendiri. Satu hal yang menjadi landasan dan sudah banyak berubah adalah adab kebersamaannya.
Makan selain untuk memenuhi kebutuhan biologis tentu saja tidak bisa dilepas dari kebudayaan sekitar yang melekat pada aktivitas makan itu sendiri. Di Indonesia, makan tidak bisa dilepas dari kebiasaan atau tradisi masyarakat, hampir semua aktivitas masyarakat/komunitas selalu dikaitkan (dibuka atau ditutup) dengan aktivitas santap bersama. Rasanya tidak afdol melakukan sesuatu tanpa santap bersama. Sebut saja acara Bakar Batu di Papua, Makan Bejamba di Sumatera Barat, Makan Babarit di Jawa Barat, Makan Seruit di Lampung, Makan Megibung di Bali, Makan Patita di Maluku, dan budaya makan bersama lainnya di Indonesia.
Dalam masyarakat kita, makan bersama atau santap bersama sering dijadikan sebagai “sarana” atau “lambang” untuk mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta, menyampaikan maksud atau keinginan akan sesuatu kepada orang lain sampai hanya sekedar bersenang-senang atau berbagi bersama teman-teman.
Sayangnya, tradisi santap bersama dalam keluarga dan masyarakat sudah mulai memudar. Bahkan, makan bersama antara orang tua dengan anak-anaknya jarang dilakukan disebabkan aktivitas dan kesibukan masing-masing. Kita (masyarakat) mulai tumbuh menjadi masyarakat yang individualis dengan tidak memperdulikan orang lain di sekitar kita. Lebih parahnya lagi, kita semakin menjadi masyarakat yang terasing dari lingkungan kita.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menghidupkan kembali tradisi santap bersama. Selain merupakan tradisi hidup orang Indonesia juga karena kebermanfaatannya. Maka ajak kembali anak, saudara, orang tua dan teman-teman anda untuk duduk kembali menghadap meja makan menjadi orang Indonesia yang hidup dalam tradisi santap bersama. Lewat cara-cara berikut;
- Mulailah dengan menunggu setiap orang untuk duduk bersama dahulu di meja makan, lalu memanjatkan doa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, sebelum memulai bersantap;
- Persilakan setiap orang untuk makan dengan ramah sehingga santap bersama menjaga kekompakan dan kebersamaan. Santap bersama akan mendekatkan setiap orang sehingga timbul rasa saling memiliki (sense of belonging);
- Tawarkan makanan anda sehingga santap bersama menumbuhkan perasaan diterima dan dapat terhindar dari perasaan kesepian (merasa tidak memiliki teman). Rasa diterima tersebut akan memacu rasa percaya diri;
- Sampaikan uneg-uneg anda sehabis makan sehingga santap bersama juga bisa menjadi sarana tukar menukar informasi di antara orang yang bersantap. Meja makan bisa sekaligus menjadi meja diplomasi untuk saling menyampaikan pendapat/informasi;
- Bersantaplah bersama kolega anda karena merupakan kesempatan yang ideal untuk memperkuat ikatan/hubungan yang baik dalam kerja. Biasanya, pembicaraan-pembicaraan informal melahirkan ide-ide kreatif yang bisa meningkatkan produktivitas anda;
Selamat mencoba!
https://www.facebook.com/eko.nthomasmarbun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H