Tapi, perlu juga dicatat notif di luar jam kantor tidak melulu eksploitasi atas hak-hak pribadimu. Dalam beberapa kasus, sepanjang hari kamu bisa santai di kantor melakukan pekerjaan pribadimu. Tapi, tiba-tiba order dari klien justru datang di last minute.
Nah, rasanya tidak adil juga. Kalau di kantor kamu bisa melakukan pekerjaan pribadi. Tapi, kantor sesekali tidak bisa meminta waktu pribadimu.
Tapi kalau mau jujur, apakah kita punya posisi tawar menolak pekerjaan di luar jam kerja? Beberapa pegawai mungkin berani dan memang itu haknya.
Tapi, dalam dunia kerja tidak sedikit pegawai menolak melakukannya. Jangankan menolak pekerjaan di luar waktu kerja normal. Bahkan untuk sekedar pulang mendahului atasan saja tidak berani.
Dunia kerja terkadang tidak melulu soal melakukan kontrak kerja. Tapi, bagaimana melakukan sisi-sisi 'manusiawinya'. Seperti memberi kesan kapan pun siap jika dibutuhkan atasan.
Jika kamu tidak melakukannya. Orang lain akan melakukannya. Coba perhatikan lingkaran terdekat pimpinan anda, apakah mereka melakukannya? Atau jangan-jangan mereka menjadi orang dekat pimpinan anda justru karena melakukannya.
Itulah dunia kerja, beberapa orang yang melakukan pekerjaannya secara profesional sesuai kontrak. Kadang kalah sama orang yang bahkan biasa-biasa saja tapi ada saat dibutuhkan.
Kata boss saya dulu, "saya tidak butuh orang pintar tapi saya butuh orang yang ada saat dibutuhkan!"
Kalau sudah seperti itu apakah kita akan mencari-cari alasan untuk menolak notif di luar jam kerja?
Sejujurnya, meskipun rasanya tidak fair. Mungkin untuk semacam refleksi saja, siapa sih yang butuh pekerjaan? Benar dua-duanya saling membutuhkan. Tapi, jika dua-duanya memilih berpisah, siapa yang paling sulit untuk mendapatkan 'mitra' lagi?
Dunia kerja tidak melulu soal profesional. Ada saja sisi "manusianya", kita memang dibatasi sifat manusia kita, ruang yang kita tempati dan waktu yang kita jalani. Sederhananya, ada kalanya mesin mengalami gangguan.