Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kasus Corona dan Protokol Kedaruratan Bencana

4 Maret 2020   10:55 Diperbarui: 4 Maret 2020   16:46 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah pada hari Senin, tanggal 2 Maret 2019, mengumumkan bahwa 2 WNI positif terinfeksi Covid-19. Terhitung sejak saat itu, Indonesia positif Corona. 

Narasi yang dibangun pemerintah cukup positif. Masyarakat tidak perlu panik, yang diperlukan adalah menjaga daya tahan tubuh agar tidak terinfeksi virus. Menteri Kesehatan menyarankan masyarakat menjaga kebersihan dari virus serta konsumsi makanan bergizi.

Kita tentu menyadari bersama bahwa virus ini berbahaya. Pada kenyataannya, di China (Wuhan) dan Korea Selatan (Daegu) sampai melakukan penutupan (karantina) kota. 

Negara-negara menyarankan agar tidak melakukan perjalanan ke daerah terpapar virus. Namun, bahaya Covid-19 harus dihadapi dengan tenang. Kepanikan akan menimbulkan persoalan baru.

Setelah Indonesia positif Corona, seketika masyarakat yang panik. Harga masker naik lebih dari 1000 persen! Meskipun naik tidak normal, masker ludes. 

Hal sama terjadi pada hand sanitizer yang juga ludes. Terhitung sejak konpers Bapak Presiden terjadi kelangkaan dua benda dimaksud. Belum lagi, barang-barang kebutuhan pokok yang diserbu dan diborong!

Pada dasarnya hal yang normal/logis apabila seseorang menjaga kondisi tetap aman. Sebab, secara alami manusia pasti melakukan pilihan logis untuk tetap bertahan hidup.

Idealnya sebagai masyarakat yang ber-Pancasila. Dalam kondisi bencana harga-harga semestinya didiskon, masyarakat membeli kebutuhan pokok dengan membatasi diri supaya yang lain kebagian dan terakhir tentu saja yang tidak punya cukup uang untuk membeli kebutuhan, dibantu yang punya cukup uang! Bukankah begitu seorang yang Pancasilais?

Motif Bertahan Hidup atau Mencari Untung?

Ada yang menarik soal kelangkaan barang di pasar/toko dan juga orang-orang yang membeli dengan jumlah yang tidak rasional. Apakah itu bentuk kepanikan? 

Soal kelangkaan harus dilihat dengan hati-hati, sebab itu bisa terjadi karena ada 'perlakuan' pada tingkat produksi, distribusi atau konsumsi.

Pada tingkat produksi, bisa saja memang dia menahan produksi atau menurunkan produksi. Harapan faktor psikologis masyarakat dan kelangkaan akan mendorong harga naik setinggi-tingginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun