Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HORORKOPLAK] Ritual Mencari Kuburan Hilang

12 Januari 2017   21:17 Diperbarui: 12 Januari 2017   21:31 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu terpojok. Ada yang memegang kakinya. Ada yang memegang tangannya. Sekarang dia persis seperti babi yang akan disembelih oleh dukun yang memegang kepalanya. Dukun itu membaca mantra lagi. Pemuda itu tampak tenang. Namun matanya merah dan tatapannya kosong. Ibu-ibu dan anak-anak disuruh menjauh.

“Siapakah engkau yang datang ini?” tanya dukun itu

“Aku nenek moyang kalian, kenapa kalian begitu lama menelantarku?” tanya pemuda itu

Seketika orang-orang yang histeris. Bahkan ada yang menangis merasa bersalah.

“Maafkan kami, oppung!”

“Bermurah hatilah pada kami!”

Suasana menjadi tegang. Namun, sebelum sempat bertanya dimana kuburan nenek moyang kami ini. Pemuda itu lantas pingsan. Namun dukun yang kami undang bukanlah sembarang dukun.

“Tidak usah risau” katanya penuh wibawa

Dukun mengambil sirih membaca mantra. Sirih itu dilempar ke udara. Angin sepoi-sepoi yang datang karena hari makin sore menerbangkan sirih itu persis di bawah pohon pinus. Dukun itu melempar lagi sirih yang lain, lagi dan lagi. Angin tetap menerbangkannya ke bawah pohon pinus itu. Lalu, dukun itu memerintahkan supaya pohon pinus itu ditebang dan tanah di sana digali. Susah payah orang-orang dewasa menebang pohon pinus itu. Susah payah pula menggali tanah. Hasilnya nihil! Tidak ada belulang.

Dukun itu turun ke bawah dan membaca mantra lagi. Lalu mengambil sejumput tanah.

“Inilah dia!” serunya dan memasukkan ke dalam kain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun