Komunikasi politik merupakan jembatan bagi pemerintah atau sebagai penyalur agar pesan yang disampaikan pada pemerintah bisa sampai kepada masyarakat atau terjadi proses penyampaian pesan politik. Pesan-pesan yang disampaikan menyangkut tentang pemerintahan ataupun kegiatan politik yang juga dapat berfungsi sebagai pencitraan para tokoh politik. Komunikasi politik dapat dilakukan melalui media massa, dalam hal ini saya akan membahas tentang pengaruh media foto terhadap pencitraan tokoh politik.
Media massa saat ini sudah menjadi media yang dipilih untuk melakukan komunikasi politik oleh para tokoh pemerintahan. Saluran media salah satuya adalah fotografi, media ini merupakan salah satu saluran yang efektif untuk membangun citra bagi para figur calon pemimpin, apalagi saat ini akan dilaksanan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Para calon Gubernur berlomba-lomba menaikan pamor atau pencitraan diri mereka kepada masyarakat khususnya warga Jakarta.Sesorang dapat terlihat berwibawa, bijaksana, atau murah hati hanya dengan melihat fotonya. Foto seseorang dapat membuat persepsi masyarakat terbentuh terhadap foto tersebut. misal jika kita melihat foto-foto cagub sedang memberi uang santunan bagi anak anak yatim piatu, maka persepsi apa yang terbentuk dalam benak kalian ? benar, masyarakat menganggap bahwa cagub ini murah hati karena memberikan santunan bagi anak nyatim piatu
Contoh nyata terjadi pada tahun 1945 atau lebih di Rusia, Vissarionovich Stalin salah satu pemimpin Uni Soviet pada masanya yang juluki sebagai “Manusia Baja” karena diperkirakan dia sudah merancang pembunuhan 30 juta jiwa penduk rusia dan negara-negara sekitarnya. Stalin merupakan figur pemimpin yang sangat memperhatian pencitraannya, khususnya pada media fotografi. Banyak foto foto satalin yang di editing untuk memberikan citra positif kepada dirinya. Salah satu foto dimana stalin berfoto dengan para comrade Uni Soviet,kemudian diketahui bahwa beberapa orang dalam foto itu telah ilang karena proses editing. Setelah ditelusuri lebih lanjut orang orang yang hilang dalam foto editing itu ternyata adalah orang orang yang berkhianat terhadap stalin, stalin menghialangkan foto orang-orang tersebut agar masyarakat menganggap bahwa stalin adalah orang yang adil dan tidak bersekongkol dengan pengkhianat. Foto lain memperlihatkan stalin sedang menyebrang jalan dan di tunjukan oleh comrade, foto comrade itu dihapus karena tidak ada pemimpin yang ditunjukan jalannya. Stalin benar benar memperlihatkan pencitraannya pada media fotografi.
Jaman Sekarang fotografi masih menjadi saluran komunikasi politik yang efektif, dengan bantuan media massa tentunya. Mengadakan acara-acara yang berbau sosial untuk membangun citra dan diperjelas dengan foto foto yang berisi informasi acara ini membuat masyarakat berfikir bahwa si pembuat acara ini memiliki rasa sosial yang tinggi dan peduli terhadap masyarakat. Foto-foto juga bisa dilihat dari pemaknaanya atau dapat dikaji dalam ilmu semiotika, tokoh politik atau pemimpin berusaha membangun tanda tanda atau gerakan gerakan yang akan membangun karakter mereka agar terlihat wibawa atau berkarisma dihadapan warga atau masyarakat. Media foto sebagai sauran komunikasi politik hanyalah salah satu saluran yang dipilih orang para tokoh, banyak saluran lain yang dapat digunakan agar proses politik pencitraan diri kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H