Lain lagi dengan video yang baru saja viral kemarin, seorang oknum polisi memamerkan senjata apinya, Â membuat video tersebut banjir komentar soal "cringe" dari netizen. Lantaran orang dalam video itu bicara kalau memiliki pasangan tampan dan kaya itu kalah dengan yang bisa pakai senjata api.
Menurut mereka, walaupun bermaksud candaan, perbuatan tersebut tidak patut dilakukan seorang abdi negara. Apalagi ada aturan khusus yang melarang bagi anggota kepolisian untuk pamer.
Selain itu, stereotipe 'cringe' pun kini turut melekat pada cewek yang sering berkomentar "rahim anget" Â atau ungkapan catcalling terhadap lawan jenis.Â
Seperti yang kita ketahui, netizen Indonesia (perempuan) pernah berulah berduyun-duyun memenuhi kolom komentar pangeran Brunei. Tindakan ini justru kontra dengan usaha para wanita sekarang yang berjuang menolak pelecehan seksual, Â termasuk dengan catcalling.
Inilah kelebihan penggunaan kata cringe. Jika dibandingkan kata "jijik" atau "memalukan", maka cringe tak terlalu frontal dan lebih santai buat digunakan dalam bahasa sehari-hari di medsos.
Sisi lebih lainnya adalah kata ini dapat berfungsi sebagai kontrol sosial, Â seperti menggiring seseorang supaya tak melewati batas atau melakukan penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial dalam masyarakat.
Sebetulnya fenomena demam kata ini juga tidak akan bertahan lama. Setiap beberapa tahun akan muncul istilah-istilah baru atau serapan yang nantinya menambah kosa kata gaul anak muda. Contohnya kata "alay" yang sebelumnya sudah ditambahkan dalam KBBI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H