Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Puasa Karbon Selama Ramadan, Kenapa Tidak?

21 April 2020   15:04 Diperbarui: 22 April 2020   09:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perubahan iklim via pexels.com (Pexels.com/PIXABAY)

Oleh karena itu, di momen Ramadan yang amat kita nantikan ini, maka perlu kita isi dengan solusi terbaik dalam mengatasi perubahan iklim. Caranya? dengan berpuasa jejak karbon.

Apa itu jejak karbon?

Setiap aktivitas yang dilakukan manusia sejatinya menyumbang jejak karbon (carbon footprint). Misalnya, baju yang sedang kamu pakai sekarang. 

Dalam prosesnya, dari awal produksi sampai tiba di tanganmu telah melewat perjalanan yang panjang dan jauh. Ada banyak energi, konsumsi bahan bakar, tenaga manusia, dan lahan yang dipakai untuk mencukupi satu kebutuhanmu.

Proses industri umumnya menghasilkan gas rumah kaca. Ambil contoh saja misalnya pemakaian bahan bakar, baik untuk keperluan produksi maupun kendaraan (distribusi) jelas menyumbang gas buang (CO2) dan sampah industri.

Contoh lainnya yaitu hidangan di meja makanmu. Mulai dari beras, daging, sayur-mayur juga turut menyumbang emisi gas metana. Fakta baru-baru ini mengungkapkan, jika peternakan sapi dianggap menyumbang gas metan tertinggi, sedangkan yang terendah yaitu perkebunan sayur.

Itu baru sampai ke mejamu. Belum kita hitung berapa sampah yang bisa dihasilkan setiap harinya dari jutaan manusia di seluruh Indonesia. Kira-kira solusi paling mudah apakah bagi kita untuk berkontribusi mengurangi fenomena ini?

Puasa Karbon, Solusi?

Bulan Ramadan adalah waktu yang ditunggu oleh para umat muslim dunia. Berpuasa sepanjang hari selama sebulan penuh tentu berdampak besar bagi kelangsungan dunia jika dilakukan dengan benar.

Karena dengan berpuasa, berarti menahan hawa dan nafsu, termasuk dari sifat berlebih-lebihan atau boros. Hal ini sejalan dengan prinsip puasa karbon yaitu "mengurangi permintaan akan kebutuhan yang tidak terlalu penting".

Apa saja? Banyak, mulai dari berhemat dalam belanja pakaian, makanan, kertas, dan produk-produk industri lainnya. Mengurangi aktivitas yang banyak membuang bahan bakar, listrik, dan berbagai energi.

Supaya kesehatan tubuh tetap terjaga. Kita juga sama-sama menjaga pola makan baik dari segi intensitas maupun kadarnya. Membeli makanan untuk kebutuhan sahur dan berbuka secukupnya saja, ialah peran kecil yang mampu dilakukan kita untuk membantu keselamatan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun