Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Puasa Karbon Selama Ramadan, Kenapa Tidak?

21 April 2020   15:04 Diperbarui: 22 April 2020   09:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perubahan iklim via pexels.com (Pexels.com/PIXABAY)

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di tengah-tengah kita sekarang?

Inilah yang disebut perubahan iklim (climate change). Iklim berbeda dengan cuaca, butuh waktu tidak sebentar (tahunan) untuk kita menyadari adanya perubahan pada iklim. Bahasa gampangnya, iklim adalah kondisi rata-rata cuaca yang terjadi selama beberapa tahun di suatu wilayah.

Tentu saja, cakupannya lebih luas dibandingkan dengan cuaca. Kalau bicara cuaca, pikiran kita terarah pada cerah, berawan, berangin, atau hujan di suatu tempat. Sedangkan iklim, maka negara kita beriklim tropis.

Perubahan iklim identik dengan pemanasan global (global warming). Kondisi di mana suhu rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan akibat gas rumah kaca yang berlebih. 

Gas rumah kaca meliputi Karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida, Metana, sulfurheksaflorida, perflorokarbon , dan hidroflorokarbon. Gas-gas tersebut sebagian besar berasal dari aktivitas manusia.

Negara kita menurut situs Indonesia Climate Watch di tahun 2014, adalah penyumbang emisi gas rumah kaca nomor enam di dunia. Sebagai negara dengan angka penduduk keempat tertinggi di dunia sekaligus anggota negara-negara industri maju G20, maka kita punya andil dan tanggung jawab besar untuk menyelamatkan anak-cucu kita dari bencana global kelak di masa depan.

Sebagian dari kita menyangkal keberadaan fakta-fakta ini. Mengingat munculnya kelompok skeptis yang mengganggap ini bagian dari permainan kelompok kepentingan untuk menguasai ekonomi. 

Tapi suatu penyangkalan yang naif jika kita membohongi diri sendiri terkait hubungan antara bencana alam dan aktivitas manusia yang selalu terjadi.

Beberapa bulan terakhir, semenjak corona mewabah di berbagai belahan dunia. Banyak sektor industri berhenti sementara waktu, orang-orang dipaksa berdiam diri di rumah, dan intensitas di jalan raya berkurang.

Virus korona dibalik sisi buruk, rupanya dari kacamata lain memiliki beberapa sisi baik. Dengan berkurangnya aktivitas di luar rumah, berarti makin kecil pemakaian kendaraan pribadi yang juga penyumbang emisi.

Tapi tak serta merta membantu sepenuhnya, karena industri-industri besar yang tak sadar akan lingkungan masih tetap beroperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun