Mardatilla yang disadur dari Bahut Pyar Karte Hai (Anuradha Paudhwal) ost film Sajaan (1991), Boneka dari India (Ellya Khadam) dari Sama Hai Bahar Ka (Lata Mangeshkar) ost film Ashiana (1952). Dan masih banyak lagi kalau saya jabarkan satu per satu.
Pada masa itu aktivitas sadur menyadur masih lazim, bahkan Rhoma Irama pernah berduet dengan penyanyi kenamaan asal India, Lata Mengeshkar. Anda mungkin tidak asing lagi dengan lagu 'Sekuntum Mawar Merah' yang dinyanyikan oleh Lata.
Ketiga, melihat hubungan keduanya yang begitu erat. Tidak heran kalau lagu India dan dangdut sering disangkutpautkan dan sama-sama dicap sebagai "musik kampungan" lebih-lebih oleh penikmat "musik gedongan" yang berkiblat ke Barat. Â
Kata kampungan ini karena merujuk dengan pembawaan pada lagu dangdut beberapa tahun-tahun sebelumnya yang dekat dengan bayangan musik yang diputar di pinggir jalan, truk, warung, acara di kampung, dan lapangan. Belum lagi anggapan "kampungan" berasal dari cerminan lirik yang vulgar dan terlalu seronok.
Apakah saya sekarang masih malu?
Tidak, mindset inilah yang telah saya ubah. Musik tidak seharusnya dibatasi. Inilah hak kebebasan manusia dalam mendapatkan asupan hiburan. Tanpa harus berpikir mengenai umur, tingkatan sosial, dan pandangan orang lain.
Musik bukan kejahatan yang harus ditutup-tutupi, bukan?