Sabtu pagi menjelang sore bersama si Dia beberes rumah untuk melepas lelah. Merapihkan kursi dan meja setelahnya membersihkan gordyn dan sofa. Ambil ember kasih air pewangi masukin kain pel mulai berdansa. Keramik yang putih makin putih, biar tambah wangi dikasih lagi pewangi. Sungguh segarnya wangi pewangi lantai aroma pinus walau bukan dari puncak pohon pinus.Â
Tak lupa kami mendengarkan musik bercita rasa sejarah melodi tahun 90an yang tak terlupakan. Walau bukan musik zaman kami tapi karen itu yang kami dengar dulu berasa seperti berada di zamannya bapak ibu kami muda. Jauh lebih berperikemanusian dibandingkan hingar bingar musik "zaman now" yang seperti tak ada habisnya. Sungguh mengasyikkan, berdua kami habiskan waktu beberes rumah sebagai aktifitas "hilling" kami yang sebenarnya.
Supaya lebih nikmat, kami pun menyeduh teh manis hangat hijau melati harumnya semerbak mewangi. Ditambah "snack" kue gemblong yang kami beli tadi pagi semakin membuat syahdu sabtu sore kami walau hanya di rumah saja. Berharap hujan turun rintik-rintik sungguh membuat "estetik" nuansa rasa dan aroma beberes kami. Membuat Bekasi rasa Puncak.
Tak terasa beberes kami tiba di penghujung acara, tinggal "closing" dan "evaluasi" macam kegiatan rapat yang tak kunjung henti. Kami menyadari, supaya lebih bermakna kami butuh refleksi. Bertatapan mata. Berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya. Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Terima kasih Tuhan untuk Sabtu sore yang telah Kau berikan kepada kami. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan berserah diri. Beberes hari ini cukup sampai disini. Semoga kan ada Sabtu sore seperti ini lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H