Mohon tunggu...
Kisemarmendem
Kisemarmendem Mohon Tunggu... -

simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

14 Februari 2012   13:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dugaan lapisan 20 meter ke bawah dari atas situs adalah man-made structures ditunjang oleh survei GPR di atas Situs. survei GPR dilakukan berbagai lintasan di semua Teras 1-5 dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20 GSSI yang dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari survei GPR terlihat ada bidang very high reflector di kedalaman sekitar 3-5 meter dari permukaan di semua teras. Bidang ini sangat horizontal dan juga membentuk undak-undak seperti situs di atasnya. Di bawah bidang ini struktur lapisan tidak kalah unik. Ada lapisan melintang yang memotong lapisan-lapisan horizontal -tidak mungkin ada struktur geologi seperti ini apalagi di bukit 'vulkanik'. Singkatnya, penampang georadar sangat mendukung interpretasi struktur bangunan sampai kedalaman 20 m.

Struktur di bawah situs ini berundak juga mengikuti struktur teras situs yang terlihat di permukaan. Dari berbagai lintasan geolistrik 2D sangat mungkin bahwa sampai ke kedalaman sekitar 100 meter, yaitu sampai ke struktur batuan keras berbentuk Cawan adalah bangunan atau paling tidak tubuh batuan alamiah yang sudah dipermak manusia. Hasil survei geolistrik 3-D pada situs di atas puncak yang dimaksudkan untuk mendapatkan sub-surface structure yang lebih detil. Survei 3-D ini mencakup hampir seluruh luas situs (memakai spacing 5m dibuat 4 lines Utara Selatan dengan electrode 112 buah - atau setiap line ada 28 electroda). Depth of dari survei 3-D ini mencapai kedalaman 25 meteran. Hasil 3-D dapat meng-iluminasi struktur di bawah situs dengan baik. Yang membuat terkesima adalah kenampakan tiga tubuh very-high resistivity (lebih dari 50.000 ohm.m) di bawah Teras 1, 2, dan 5.

Dengan nilai resistivitas setinggi ini kemungkinannya ada dua: tubuh sangat solid/pejal atau merupakan ruang ("CHAMBER"). Yang paling mungkin adalah Ruang hampa udara ("The Chamber of secret"). Dimensi chamber tersebut kelihatannya sangat besar. Hasil survei geomagnet yang dilakukan dengan peralatan GEM Overhauser yang sangat sensitive yang biasa dipakai untuk survei arkeologi.

2. Hasil pemboran di Gunung Padang. Ada dua titik yang di pilih: Bor satu di ujung Selatan Teras 3, Bor ke dua di samping Selatan Teras 5. Sebenarnya dua lokasi bor yang dipilih bukan titik "Jack-pot" yang seharusnya di-bor, misalnya persis di atas Chamber atau anomaly high magnetic-nya. Hal ini dikarenakan lokasi-lokasi ini di atasnya dipenuhi tumpukan kolom andesit situs yang "tidak boleh dipindahkan". Kami mendapat ijin bor dari pihak berwenang tapi belum diperbolehkan untuk memindahkan bebatuan situs. Walaupun demikian, hasil pemboran sudah cukup untuk membuktikan dugaan struktur bangunan dan juga sukses dalam mengkalibrasi hasil survei georadar dan geolistrik.

Pada Lubang Bor 1: dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Setiap kolom andesit ini dilumuri oleh semacam semen (sama seperti yang ditemukan waktu trenching dinas kepurbakalaan tahun 2000 sampai kedalaman 1.8 meter). Sewaktu menembus 3m kami mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit. Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal 1 meteran (Note: Rupanya bidang tegas yang terlihat pada GPR itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini). Dari sudut teknik sipil, diperkirakan hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.

Bagian di bawah kedalaman 4m yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring (catatan: ini sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring). Baru dikedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter (note: sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu). Banyak ditemukan serpihan karbon, diantaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18m yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan
endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan.

Bor ke-dua yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah (yang seperti tanah urugan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 m terjadi hal mengejutkan - Total Loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 m. Inilah target utama-nya - tubuh very high resistivity yang terlihat jelas di Geolistrik 3-D. Mata bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia. Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15m.

Hasil preliminary dari analisis carbon radiometric dating dari banyak serpihan arang yang ditemukan dikedalaman sekitar 3.5m. menunjukkan umur Carbon Dating sekitar 5500 tahun yang kalau dikonversikan ke umur kalender adalah sekitar 6700 tahun BP atau sekitar 4700 SM, jauh lebih tua dari umur Pyramid Giza yangsekitar 2800 SM. Masih banyak analisis yang sedang dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih solid lagi, termasuk penentuan umur carbon dating dibeberapa horizon stratigrafi.

SINOPSIS BOR: Berhasil melakukan kalibrasi survei Georadar dan Geolistrik. Satu diantaranya yang penting bahwa tubuh high resistivity yang terlihat di geolistrik adalah rongga yang di lokasi Bor-2 rongga ini sebagian terisi oleh pasir 'ayakan' yang sangat kering.

3. Konstruksi tumpukan batu Gunung Padang bukan pekerjaan sembarangan tapi hasil olah arsitektur yang luar biasa. Setelah dilakukan studi banding ke Michu-Pichu (bangunan Piramid Maya di Peru) seorang arsitek yang meriset di Gunung Padang Pon Purajatnika (mantan ketua Ikatan Ahli Arsitektur Jabar) berkesimpulan bahwa arsitektur G.Padang persis sama dengan Michu Pichu. Beliau juga sudah membuat rekonstruksi Situs Gunung Padang di atas bukit. Sketsa imajiner arsitektur G.Padang dari puncak sampai dasar
Sungai Cimanggu ~200m - Yaitu sebuah Piramid - ala Maya - yang sangat besar.

Laporan Riset Gunung Sadahurip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun