Mohon tunggu...
Eka Zulis Saputri
Eka Zulis Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa/Mahasiswi

Hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehendak untuk Berkuasa

9 Januari 2024   09:04 Diperbarui: 9 Januari 2024   09:38 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nietzsche memiliki pemikiran yang kuat tentang kekuatan dan kekuasaan. Ia menganggap bahwa kehendak untuk berkuasa adalah dorongan dasar dari semua makhluk hidup. Nietzsche juga mengembangkan konsep bermensch atau manusia super, yang menggambarkan individu yang mampu melampaui standar moral konvensional dan mencapai tingkat keunggulan baru, ia menolak gagasan kebenaran objektif dan memperkenalkan konsep perspektivisme, yaitu pandangan bahwa penafsiran bergantung pada sudut pandang individu.  Nietzsche juga menentang moralitas tradisional, khususnya moralitas Kristen, dan melihatnya sebagai bentuk penindasan terhadap kekuatan alam dan ekspresi kebenaran hidup.

Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf yang mengembangkan sejumlah teori filosofis penting. Beberapa di antaranya adalah kehendak untuk berkuasa, nihilisme, bermensch, dan kritik terhadap budaya massa. Nietzsche juga menolak adanya fakta moral dan menganggap bahwa moralitas adalah penafsiran untuk suatu penilaian. Pemikiran ini tidak terlepas dari kritiknya terhadap David Hume tentang adanya pengakuan fakta moral. Nietzsche juga mengembangkan konsep Dionisian, di mana seseorang harus mengukur suatu nilai dengan kategori baik dan jelek bukan baik dan jahat. Friedrich Nietzsche memiliki pandangan yang kuat tentang kehendak untuk berkuasa. 

Bagi Nietzsche, kehendak untuk berkuasa adalah konsep sentral dalam filsafatnya. Ia percaya bahwa kehendak untuk berkuasa adalah dorongan dasar dari semua makhluk hidup. Konsep ini mencakup semua individu dan dapat disalurkan pada berbagai tujuan, nietzsche juga menekankan bahwa kekuasaan manusia terkait dengan kemampuan untuk mencipta dan mengalami hidup dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Meskipun konsep kehendak untuk berkuasa menjadi mitos, Nietzsche menekankan bahwa kekuasaan manusia terkait dengan kemampuan untuk mencipta dan mengalami hidup dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuasaan manusia meliputi:

  • Kondisi keluarga dan pendidikan: Nietzsche lahir dalam keluarga Kristen yang sangat kuat dan hangat. Pendidikan yang dia tempuh di sekolah Pforta juga mempengaruhi pola pemikirannya.
  • Historisme: Nietzsche menganggap bahwa penemuan Barat terhadap relativisme kultural adalah menentukan kepercayaan Pola pemikiran inilah yang membuat Nietzsche menjadi seorang kritikus tangguh dan berpengaruh.
  • Kebudayaan dan kompleksitas organik: Nietzsche mengikuti suatu pola yang secara kasar dapat diringkas dalam lima tahap, di antaranya historisisme, historisisme-Weltanschauung, dan lainnya.
  • Kekuasaan dan kemampuan: Nietzsche menganggap bahwa kekuasaan adalah klaim kekuasaan yang paling tiranik, tak punya pertimbangan, dan tak dapat dihancurkan Kekuasaan ini bisa didorong sebagai kekuatan untuk mencipta.
  • Kritik terhadap budaya massa: Nietzsche meniliki pandangan pesimistis terhadap masyarakat dan budaya modern, karena ia menghargai konformitas dan akibatnya menghasilkan orang-orang yang medioker.

Dalam konteks pemikiran Nietzsche, kekuasaan manusia juga terkait dengan konsep bermensch, yang menggambarkan individu yang mampu melampaui standar moral konvensional dan mencapai tingkat keunggulan baru.

Salah satu contoh kehidupan sehari-hari yang bisa dikaitkan dengan teori filsafat Nietzsche adalah bagaimana manusia berjuang melawan ketakutan dan kelemahan untuk mencapai kekuasaan dan keunggulan dalam hidup mereka. Selain itu, pandangan Nietzsche tentang kritik terhadap budaya massa juga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, di mana banyak orang terjebak dalam konformitas dan menghasilkan kualitas hidup yang medioker. Konsep bermensch atau manusia super juga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, di mana individu dapat melampaui standar moral konvensional dan mencapai tingkat keunggulan baru dalam hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun