Seblak merupakan salah satu kuliner khas Sunda yang kini semakin digemari di Indonesia. Cita rasanya yang pedas, kaya rempah, dan gurih, menjadikan seblak sebagai salah satu makanan favorit banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Namun, di balik rasanya yang menggugah selera, tersimpan banyak potensi bahaya bagi kesehatan lambung. Risiko ini sering diabaikan oleh para penikmatnya karena lebih fokus pada kenikmatan sesaat daripada efek jangka panjang.Â
Seblak merupakan kerupuk basah yang diolah dengan bumbu basah. Adanya rasa kenyal menambah tekstur dalam seblak menjadi lebih nikmat ketika dikonsumsi. Kombinasi cabai, kencur, bawang putih, dan berbagai rempah lainnya menciptakan cita rasa yang memanjakan lidah. Selain itu, kini seblak berkembang dengan berbagai toping yang menyempurnakan kenikmatannya. Bagi kaum muda yang menyukai tantangan, seblak menawarkan sensasi kepedasan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan. Namun, seringkali banyak orang mencoba seblak dengan tingkat kepedasan tertinggi karena fomo.Â
Makanan pedas, seperti seblak, kenyataannya dapat memproduksi asam lambung yang berlebihan. Adanya zat aktif dalam cabai berupa capsaicin dapat menyebabkan iritasi pada dinding lambung. Hal tersebut dapat memicu rasa tidak nyaman, perih, dan nyeri bagi sebagian orang. Apabila dibiarkan terus-menerus bahkan bisa memicu adanya peradangan atau gastritis. Maka dari itu, kita harus sadar bahwa kenikmatan dari seblak harus dibayar mahal oleh kesehatan lambung.
Konsumsi seblak secara terus menerus merupakan mimpi buruk bagi penderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan, kondisi refluks asam lambung akan memburuk. Hal ini dikarenakan rasa pedas yang dihasilkan oleh seblak. Apabila hal tersebut terjadi, penderita GERD akan merasa terbakar di dada dan tenggorokannya. Hal ini dapat merusak lapisan kerongkongan jika terus berlanjut. Selain itu, tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya.Â
Adanya kandungan MSG (Monosodium Glutamate) dalam seblak dapat memicu gejala seperti sakit kepala, mual, sakit perut, dan keringat berlebih bagi mereka yang memiliki sensitivitas. Kombinasi antara rasa pedas dan MSG juga dapat berdampak negatif pada sistem pencernaan. Gejala yang umum terjadi adalah diare dan kram perut. Selain itu, MSG dapat menimbulkan reaksi yang berbeda bagi masing-masing individu. Beberapa orang akan lebih rentan terhadap efek samping tersebut baik disadari ataupun tidak. Oleh karena itu, mengonsumsi seblak secara bijak diperlukan bagi semua orang, terutama bagi yang sensitif terhadap MSG meskipun perpaduan keduanya merupakan kenikmatan yang tidak bisa dielak.Â
Sebagai pecinta kuliner, kita perlu bijak dalam mengonsumsi dan memilih makanan. Sesekali boleh mengonsumsi makanan yang kurang sehat. Namun, jangan lupa untuk life balance dengan olahraga teratur dan mengonsumsi makanan sehat. Menjaga kesehatan lambung merupakan kunci utama untuk tetap menjelajahi kuliner tanpa harus mengorbankan kesehatan jangka panjang. Mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang kita makan adalah langkah penting dalam melanjutkan kehidupan.Â
Eka Zahrina Amalia/151231002/PDB 62
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H