Sejarah dan kearifan lokal
Sejarah, lebih dari sekedar catatan tertulis, adalah sebuah cerita tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meski zaman terus berganti, kita tetap perlu memegang teguh dasar-dasar nilai dan pengetahuan yang diturunkan oleh para leluhur. Misalnya, Sumur Windu, tempat yang memiliki sejarah panjang, awalnya disebut sebagai "Mbah Windu" oleh penduduk asli. Di sini, kita dapat melihat jejak leluhur dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam nama tersebut. Menghormati leluhur sangatlah penting. Kita belajar dari mereka, meskipun tidak secara langsung, melalui jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Menjelajahi sejarah, mempelajari bahasa, dan memikirkan warisan mereka adalah cara kita untuk "menyentuh" dan memahami mereka. Kata-kata adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan jati diri kita. Orang yang mengenal dirinya sendiri, mampu menempatkan dirinya dengan tepat, dan sekaligus memahami dunia di sekitarnya. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal dirinya sendiri, cenderung tidak senang berinteraksi.Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan leluhur, baik secara fisik maupun non fisik. Ini berarti menjaga sejarah, mewariskannya kepada generasi mendatang, dan menjaganya agar tidak terlupakan. Melestarikan sejarah tidak hanya tentang menjaga benda-benda fisik, tapi juga tentang memahami makna di baliknya. Dengan niat yang tulus dan hati yang jernih, kita dapat menggali pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Generasi muda, dengan kepekaan dan rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki peran penting dalam menjaga jejak leluhur. Mereka perlu belajar, merenung, dan menjadikan sejarah sebagai inspirasi untuk menjalani hidup. "Marilah kita menjaga sejarah, lestarikan warisan leluhur, dan jadikan pengetahuan tersebut sebagai landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik." Kata Pak Saiful.
kearifan lokal yang ada di suatu daerah, seperti tradisi yang dilakukan oleh Pak Saiful mencerminkan nilai-nilai budaya dan cara hidup masyarakat setempat. Meskipun banyak kearifan lokal yang mulai memudar, ritual-ritual seperti persembahan di tempat "Candi" menunjukkan keunikan dan perbedaan yang ada di setiap daerah. Dalam hal ini, cara penyembelihan dan penyajian ayam sebagai sesaji memiliki makna khusus yang berkaitan dengan penghormatan kepada leluhur dan legenda setempat. Oleh karena itu, penting untuk melestarikan dan mempelajari kearifan lokal agar tidak hilang seiring berjalannya waktu.
KesimpulanÂ
Candi Tawangalun di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan peninggalan sejarah yang kaya akan nilai budaya dan simbolisme. Meski kurang mendapat perhatian dari pemerintah, candi ini memiliki ciri unik yang mencerminkan arsitektur masa lalu, serta berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pemahaman sejarah bagi masyarakat.
Candi ini tidak hanya menjadi saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Majapahit, tetapi juga menyimpan berbagai mitos dan kearifan lokal yang perlu dihargai dan dilestarikan. Mitos yang beredar di sekitar candi menunjukkan pentingnya sikap hati-hati dan bijaksana dalam menyampaikan cerita sejarah dan budaya.
Lebih jauh lagi, Candi Tawangalun dan kearifan lokal yang ada di sekitarnya mencerminkan interaksi antara manusia dan lingkungan, serta hubungan antara daratan dan lautan yang membentuk karakteristik wilayah tersebut. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk memahami, melestarikan, dan meneruskan warisan nenek moyang agar nilai-nilai sejarah dan budaya tidak hilang seiring berjalannya waktu. Dengan menjaga dan menghargai warisan ini, kita dapat membangun jati diri bangsa yang kuat dan berbudaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H