Mohon tunggu...
Eka Yuliati
Eka Yuliati Mohon Tunggu... Pembelajar sepanjang hayat

Saya adalah penulis buku cerita anak dengan beberapa judul yang sudah diterbitkan, seperti Jana Tak Mau Tidur, Bili dan Soli, Sahabat Istimewa, Oma dan Belalang, Haaciii, dan masih banyak lagi. Buku-buku saya dapat dibaca secara gratis di platform-platform seperti Literacy Cloud, Let's Read, dan Budi Kemdikbud. Semua karya ini merupakan bagian dari proyek kolaboratif bersama mitra pembangunan yang bertujuan untuk memberikan akses buku berkualitas bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Selain menulis cerita anak, saya juga terlibat dalam penulisan modul ajar bersama para akademisi dan praktisi, di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa modul yang saya tulis antara lain Modul Pembelajaran Jarak Jauh, yang kami kembangkan saat pandemi untuk menekan learning loss. Ada juga modul-modul literasi membaca yang ditujukan bagi para pelatih literasi nasional. Sebagai praktisi, saya berkolaborasi dengan akademisi untuk mendukung Merdeka Belajar episode 23 tentang buku bermutu. Modul-modul yang saya bantu susun ini melengkapi pelatihan ribuan buku yang telah didistribusikan ke sekolah-sekolah di seluruh tanah air. Selain karya untuk anak-anak, saya juga menulis buku yang lebih serius. Salah satunya adalah Konstruksi Instrumen Tes dan Nontes, sebuah buku yang saya tulis bersama dosen-dosen di prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha saat saya menempuh studi magister. Buku ini saya harap bisa menjadi warisan yang bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru memulai, untuk terus mengubah pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan dengan metode yang ilmiah. Selain menulis buku cerita anak dan buku-buku yang lebih serius, saya juga aktif meneliti dan menerbitkan jurnal-jurnal ilmiah. Fokus penelitian saya adalah di bidang membaca. Saya telah meneliti dan menerbitkan berbagai artikel yang membahas asesmen membaca, proses membaca, dan strategi membaca di dalam kelas. Penelitian-penelitian saya mencakup berbagai jenis, mulai dari analisis kebijakan, studi komparatif, hingga eksperimen. Di setiap buku yang saya terbitkan, adalah sebuah kampanye untuk kebaikan. Sebagian besar buku saya adalah kampanye untuk terus belajar dan mencintai membaca. Saya ingin terus mengampanyekan pentingnya pengajaran membaca yang terstruktur di kelas, terutama untuk kelas 1, 2, dan 3. Alasan utamanya sederhana: jika anak-anak belum fasih belajar membaca hingga kelas 3 SD, mereka akan kesulitan membaca untuk belajar. Saat ini, saya sedang menempuh studi S3 Ilmu Pendidikan dengan konsentrasi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, yang semoga bisa segera saya selesaikan. Saya merasa sangat berbahagia bisa terus menulis. Menyalurkan ide-ide yang ada di kepala saya, agar tidak membusuk karena terlalu banyak menggulirkan konten yang tak berguna. Haha.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Generasi Tangguh Iklim

16 Oktober 2024   21:41 Diperbarui: 16 Oktober 2024   21:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BSKAP Kemendikbudristek

Krisis iklim adalah masalah serius yang sudah melampaui kapasitas manusia dan lingkungan untuk menanggulanginya. Indonesia, dengan kondisi geografis dan sosialnya, merupakan salah satu negara paling rentan terhadap krisis ini.

Apakah krisis iklim itu nyata? Jawabannya adalah iya. Suhu semakin meningkat, dan penyebaran penyakit menjadi semakin mudah. Ini adalah indikasi yang bisa kita rasakan, baik secara sadar maupun tidak.

Krisis iklim bukanlah isu yang hanya berurusan dengan ilmuwan dan pemimpin dunia; ia memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Iklim dan cuaca menentukan sumber pangan, air, dan gaya hidup kita. Sebaliknya, aktivitas sehari-hari kita juga berdampak pada iklim, baik di tingkat lokal maupun global. Oleh karena itu, kehidupan kita sangat erat kaitannya dengan iklim, dan perubahan iklim yang terjadi saat ini terbukti disebabkan oleh aktivitas manusia.

Krisis iklim tidak sama di berbagai negara. Indonesia termasuk negara yang berisiko tinggi mengalami dampaknya, sekaligus merupakan salah satu penghasil Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kita dapat mengurangi emisi GRK dalam kehidupan sehari-hari melalui aksi iklim. Aksi iklim mencakup berbagai upaya untuk menghadapi perubahan iklim, baik melalui adaptasi maupun mitigasi.

Anak-anak adalah generasi yang akan langsung menghadapi krisis iklim, baik saat ini maupun di masa depan. Pendidikan perubahan iklim merupakan bentuk pemenuhan hak anak, termasuk hak untuk hidup, perlindungan, pendidikan, dan partisipasi. Mereka perlu memahami penyebab dan cara beradaptasi terhadap perubahan iklim, karena krisis ini mengancam kehidupan manusia.

Prinsip dalam pelaksanaan pendidikan perubahan iklim adalah RAMAH: Relevan, Afektif, Merujuk pada pengetahuan, Aksi nyata, dan Holistik. Kerangka pendidikan perubahan iklim terbagi menjadi empat elemen: dampak, penyebab, adaptasi, dan mitigasi.

Untuk mengimplementasikan pendidikan perubahan iklim, diperlukan budaya tangguh iklim. Budaya ini hanya akan tercapai jika dilakukan secara holistik, dengan seluruh komunitas sekolah memiliki kesadaran dan pemahaman tentang urgensi dan dampak perubahan iklim terhadap kesejahteraan hidup.

Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) harus diintegrasikan dengan pendidikan perubahan iklim, baik dalam kurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga iklim? Pendidik memiliki peran besar dalam menciptakan perubahan nyata, karena pendidikan dapat mengubah cara pandang dan pola pikir. Sebelum mengajar orang lain, kita perlu mendidik diri sendiri. Gunakan prinsip RAMAH dalam pembelajaran mengenai isu iklim. Manfaatkan pendidikan perubahan iklim sebagai kesempatan bagi kita semua untuk belajar bersama. Butuh satu kampung untuk membesarkan seorang anak.

Untuk memulai budaya tangguh iklim, jadilah seorang pemimpin. Alih-alih fokus pada masalah, kita perlu memanfaatkan kekuatan yang kita miliki untuk tujuan bersama. Pendekatan ini dikenal sebagai Pembangunan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Dengan berkolaborasi, kita dapat melakukan banyak hal untuk merespons perubahan iklim. Saya memiliki modal manusia dan memberi pengetahuan kepada warga tentang isu krisis iklim, sambil juga mengubah perilaku saya menjadi lebih rendah karbon. Selain itu, saya membangun kemitraan dengan berbagai organisasi untuk berdiskusi tentang isu ini. Mari kita mulai budaya tangguh iklim bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun