POLITIK selalu memberikan ruang yang luas bagi siapapun. Dari manusia mulia sampai bejat. Demikian juga, manusia cerdas jadi bego. Manusia baik jadi buruk. Sama halnya kelakuan Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat, yang tiba-tiba menyeret-nyeret nama besar Nahdlatul Ulama (NU) agar ikut terlibat 'mengamankan' Anas. Seolah Anas ingin menyeret NU yang mulia ke jurang yang nista dengan alat nama besar KH Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Betul bahwa Anas merupakan istri cucu Kiai Ali. Namun harus dicatat, masuknya Anas sebagai NU hanya 10 sentimeter, ada juga yang menyebut 7 cm (lebih valid silahkan tanya ke istrinya). Catatan ini patut dikemukakan sebab yang pantas menyandang nama besar Kiai Ali bukan Anas melainkan istrinya, Atiyah Attabik.
Dari sini kita bisa membaca betapa Anas akan memainkan kelincahan berpolitiknya dengan membawa nama besar Kiai Ali dengan harapan memperoleh simpati di kalangan warga NU yang terbukti bermassa banyak. Sebagai bagian dari upaya menghadang gerakan Presiden SBY untuk menggulingkan Anas dari peredaran politik Partai Demokrat.
Atas kasus ini tentu saja para pengurus NU dan alim ulama NU di berbagai daerah menyanyangkan. Sebab Anas terjerat kasus korupsi Hambalang tidak berkaitan dengan NU. Apalagi Anas selama ini justru seringkali menghambat kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh PBNU.
KH Said Aqiel Siraj menyatakan tidak akan pernah melindungi koruptor, apalagi orang-orang yang hanya mengaku sebagai keluarga besar NU semata tanpa pernah memberikan kontribusi untuk kemaslahatan dan keberlangsungan hidup NU. Namun kenyataan sekarang sudah terlanjur NU terkena imbas buruk dengan adanya Anas terbelit kasus korupsi.
Kelicikan-kelicikan Anas yang harus diluruskan agar NU tidak terseret menjadi bagian dari perilaku-perilaku korup yang merugikan negara. Bahwa perilaku Anas menjadi tersangka oleh KPK merupakan akibat dari perbuatannya sendiri, tidak ada kaitan dengan NU atau ulama-ulama NU. Semoga Anas segera sadar. #Ridwan Alimuddin#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H