Mohon tunggu...
Eka Yani
Eka Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

S-1 Geografi , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis di Kabupaten Lamandau: Framing Text Untuk Pemantauan Banjir

15 September 2024   15:11 Diperbarui: 17 September 2024   22:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 ( sumber gambar : Canva)

Tabel Framing Bagian 1
Tabel Framing Bagian 1

Tabel Framing Bagian 2
Tabel Framing Bagian 2

Tabel Framing Bagian 3
Tabel Framing Bagian 3

Kabupaten Lamandau menghadapi berbagai tantangan serius terkait bencana alam dan lingkungan. Pertama, banjir yang sering melanda wilayah ini disebabkan oleh curah hujan tinggi yang menyebabkan sungai meluap. Desa-desa seperti Kinipan dan Kudangan sering mengalami dampak parah, dengan banjir yang mengganggu aktivitas warga, merendam pemukiman, dan merusak infrastruktur.


Selain itu, penggundulan hutan di daerah hulu sungai merupakan faktor utama yang memperburuk banjir. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan mengurangi kapasitas hutan dalam menyerap air hujan, sehingga sungai tidak dapat menampung volume air yang besar saat hujan deras. Geografi berbukit di Kabupaten Lamandau juga meningkatkan risiko tanah longsor, yang dapat mengancam keselamatan penduduk dan menghambat akses transportasi, terutama pada musim hujan.

Masalah kesehatan masyarakat juga meningkat pasca-banjir, dengan munculnya kasus diare dan Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk dan lingkungan yang tidak bersih. Selain itu, banjir sering menyebabkan jalan-jalan utama di daerah pedesaan, seperti Desa Cuhai dan Lopus, terputus, menyulitkan akses untuk bantuan dan evakuasi serta menghambat kegiatan ekonomi.

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) juga menjadi masalah signifikan, terutama selama musim kemarau, yang menyebabkan polusi udara, merusak ekosistem, dan mengancam kesehatan warga. Kurangnya pemetaan wilayah rawan bencana seperti banjir dan Karhutla menghambat upaya mitigasi, membuat kesiapsiagaan masyarakat dan penanganan bencana menjadi lebih sulit. Secara keseluruhan, dampak sosial dan ekonomi dari banjir dan Karhutla sangat merugikan, mengakibatkan hilangnya tempat tinggal dan terganggunya kegiatan ekonomi lokal seperti pertanian dan perdagangan.

Sebagai generasi muda, kita harus bergerak aktif untuk menghadapi tantangan lingkungan di Kabupaten Lamandau. Mari kita dukung pemetaan wilayah rawan bencana, rehabilitasi hutan, dan pengelolaan tata ruang berkelanjutan. Ayo tingkatkan infrastruktur drainase, serta bantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui program edukasi dan pelatihan. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kesejahteraan warga. Bersama-sama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan untuk Lamandau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun