Analisis Novel "Orang-Orang Biasa" Karya Andrea Hirata
Identitas Buku
Judul Buku: Orang-Orang Biasa
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2019
Jumlah Halaman: 306
Analisis Novel
Orang-orang Biasa Karya Andrea Hirata
- Biografi Penulis
Andrea Hirata adalah seorang penulis dan penulis skenario Indonesia. Lahir pada tanggal 6 Januari 1981 di Belitong, Sumatra, dia menjadi terkenal setelah novel "Laskar Pelangi" (Rainbow Troops) nya diterbitkan pada 2005. Novel ini menceritakan tentang kehidupan 10 anak muda dari desa Belitong yang berusaha untuk belajar dan berkembang dalam kondisi yang sulit.
Novel ini sangat populer dan menerima banyak pujian, yang membuat Hirata menjadi salah satu penulis terkenal dan terlaris di Indonesia. Selain "Laskar Pelangi", Hirata juga menulis beberapa novel lain, seperti "Sang Pemimpi" (The Dreamer) dan "Edensor".
Andrea Hirata memiliki pendidikan di bidang teknik dan bekerja sebagai insinyur sebelum menjadi penulis profesional. Ia memiliki minat yang kuat dalam literatur dan memiliki visi untuk menyampaikan pesan-pesan positif melalui karya-karya tulisannya. Hirata saat ini tinggal dan bekerja di Jakarta, Indonesia.
Analisis Unsur Intrinsik Novel
- Tema
Novel "Orang-Orang Biasa" karya Andrea Hirata memiliki beberapa tema utama, di antaranya perjuangan hidup dalam menghadapi berbagai rintangan dan hambatan, pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas hidup, kebersamaan dan solidaritas antar warga desa, cinta dan persahabatan sebagai pendorong untuk terus berjuang, dan pentingnya melestarikan kebudayaan lokal sebagai bagian dari identitas dan jati diri masyarakat kecil di Indonesia. Kesemuanya menggambarkan kehidupan masyarakat kecil di Indonesia dengan segala keindahan dan tantangannya, serta menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai tersebut dalam menjalani kehidupan.
- Tokoh Dan Penokohan
Inspektur Abdul Rojali
     Inspektur Abdul Rojali adalah seorang polisi di Belitung yang bertugas untuk mengatasi masalah keamanan dan kejahatan di desa Gantong. Ia digambarkan sebagai sosok yang berwibawa, tegas, dan berdedikasi tinggi terhadap tugasnya. Ia juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap masyarakat desa Gantong, karena ia sering membantu mereka dalam mengatasi masalah sehari-hari. Namun, ia juga memiliki sisi yang kaku dan cenderung menegangkan.Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Dunia ini rusak gara-gara banyak bawahan yang suka melapor pada atasan asal atasan senang saja, Sersan! Bawahan semacam itu adalah para penjilat! Jangan dikurang-kurangi, jangan ditambah-tambahi!"
"Hanya orang orang yang iklas yang dapat melihat kemuliaan dari pekerjaannya, Sersan. Mereka yang tak melihat kemudian itu tidak akan pernah mencintaivpekerjaannya. Menegakkan hukum adalah pekerjaan yang mulia, sersan!"
"Tak ada didunia dan akhirat yang lebih tau soal perampokan itu selain Inspektur Abdul Rojali! Maka, dengan ini cutinya saya batalkan dan inspektur saya angkat menjadi pimpinan penyelidikan! Detik ini juga harus bertugas."
Sersan P. Arbi
        Sersan P. Arbi adalah rekan Inspektur Abdul Rojali yang juga bertugas di kepolisian Belitung. Ia merupakan sosok yang tenang, sabar, dan memiliki banyak pengalaman dalam menangani masalah keamanan di Belitung. Meskipun demikian, ia terkadang cenderung ragu-ragu dan kurang tegas dalam mengambil keputusan.
Handai
        Handai adalah seorang pengkhayal yang suka berandai-andai ketika dewasa ia ingin menjadi motivator namun hanya dalam angan-angan saja..Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut:
"Andaikan kau punya duit sejuta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus lima puluh, apa yang akan kau beli?"
Tohirin
      Tohirin adalah Tokoh yang cenderung bodoh, aneh dan gagal. Dua kali tidak naik kelas. Ketika dewasa ia menjadi kuli pelabuhan, yang semakin hari semakin resah karena adanya kuli yang lebih muda yang lebih kuat tenaganya.
Honorun
      Honorun adalah Tokoh yang karakternya lugu, santun, baik, lembut, dan juga suka membantu. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Bangga aku melihat anakmu, Dinah. Daftarkan namaku nomor satu, But! Aku mau ikut merampok bank itu! Walaupun tak tahu bagaimana caranya."
Sobri
      Sobri adalah Tokoh yang paling bebal di antara gengnya, sudah tiga kali tidak naik kelas dan sangat pendiam, bukan karena sifat aslinya namun karena mulutnya seperti corong toa. Jika bicara suaranya tidak bisa pelan, nadanya tinggi, sangat tak enak didengar mirip radio rusak.
Rusip
     Rusip adalah Tokoh anak yang bodoh, sedikit kasar, dan jorok, anak-anak tidak ada yang ingin dekat dengannya karena baunya seperti pasar ikan. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Tak mempan dibilangi! Nihe itu terlalu banyak selfie! Dia pikir dia itu biduanita, apa?!"
Salud
     Salud adalah tokoh yang tidak percaya diri, menyeramkan dan menakutkan. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Untuk operasi plastik muka burukku ini, But! Aku juga mau punya istri macam orang-orang lain, But!".
Nihe
     Nihe adalah Tokoh yang wataknya baik dengan solidaritas yang tinggi kepada teman-temannya. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Kalau kita tertangkap, masa lalu tertangkap. Kalau seorang anak tidak sekolah, masa depan jadi musibah. Aku ikut!"
Mardinah
     Mardinah/Dinah adalah ibu Aini. Dinah murid yang selalu tersenyum, paling murah senyum bahkan suka senyum sendiri dan juga tokoh yang pekerja keras. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut:
"Untuk uang pendaftaran dan uang muka kuliah anak saya pak!"
Junilah
      Junilah adalah Tokoh yang baik, dia juga termasuk Tokoh yang yang mempunyai sifat seperti Nihe dan penganut Nihe seratus persen. Di manapun ada Nihe di situpun ada Junilah. Adapun kutipan dialog yang terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Kalau seorang anak tak sekolah,masa depan jadi musibah! Aku tetap ikut!"
Aini
Aini adalah anak dari Dinah, aini juga merupak tokoh yang dewasa dan juga sangat mandiri. Adapun kutipan dialog  yang  terdapat dalam novel tersebut yaitu:
"Oh, aku libur dulu, Ayah. ibu harus berjualan, untuk membeli beras. Usah cemas, semua bisa diatasi, Ayah cepat sembuh saja."
"Belum, Bang aku akan bekerja terlebih dahulu agar ibu ku tidak terlalu terbebani dengan uang pendaftarannya"
- Alur
Alur yang digunakan dalam novel "Orang-Orang Biasa" ini adalah alur campuran yaitu maju dan juga mundur, dikarenakan pada awalnya novel ini menggunakan alur maju lalu digabungkan dengan beberapa novel karya andrea Hirata lainnya yang memiliki alur mundur sehingga menyebabkan terjadinya kilas balik atau flashback di dalam novel ini.
- Latar
Latar Tempat:
- Kantor Polisi
- "Dikantor polisi tersebut, melamun seorang pria setengah baya bernama Inspektur Abdul Rojali dan polisi muda bernama Sersan P. Arbi. " -halaman 2
- Kota Belantik
- "Menelaah papan tulis artistik kejahatan itu, yang demikian minim angkanya sehingga tak bisa dijadikan diagram batang, diagram kue cucur atau diagram naik-naik ke puncak bukit, barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Suatu kota di pinggir laut yang penduduknya telah lupa cara berbuat jahat." -halaman 5
- Sekolah/Ruang Kelas
- "Lain waktu Ibu Desi Mal, guru Matematika, saat mengajar disekolah tak dapat menahan dirinya karena para penghuni bangku-bangku belakang itu memang sudah keterluan." -halaman 6
- Pelabuhan
- "Akhirnya nun diujung semenanjung sana tampaklah kapal feri itu. Sirene berkumandang dari kantor Syahbandar, pertanda kapal akan merapat." -halaman 62
- Bank
- "Tak lama kemudian Dinah telah berada dalam bank itu." -halaman 67
- Jalan raya
- "Nun diseberang jalan sana, suaminya berpayung dengan perempuan itu, berlari-lari kecil, berkecipak sambil cekikikan." -halaman68
- Warung Kopi
- "Usai dinas,dia mampir ke warung kopi, membayangkan berbagai skenario." - halaman 145
- Bundaran Kota
- "Sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di bundaran kota. Di sanalah lokasi paling seru menonton pawai." -halaman 169
- Toko Batu Mulia
- "Debut menyerbu masuk dan langsung menembak layar CCTV di dalam Toko Batu Mulia dengan senapan serbu AK-47." -halaman 185
Latar Waktu:
- Pagi Hari
- Siang Hari
- Sore Hari
- Malam Hari
Latar  Suasana:
- Mengharukan
- Menegangkan
- Bahagia
- Jengkel
- Cemas
- Benci
- Sedih
- Kecewa
- Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel "Orang-Orang Biasa" Karya Andrea Hirata adalah Sudut Pandang Orang Ketiga Dikarenakan menggunakan nama tokoh dalam cerita
- Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan dalam Novel "Orang-Orang Biasa" Karya Andrea Hirata adalah bahasa perulangan atau repetition Yaitu pengulangan kata, frasa, atau kalimat yang sama beberapa kali berturut-turut dalam sebuah teks.Yang termasuk ke dalam majas ini antara lain majas anaphora, tautologi, repetisi, epifora, dan lain-lain.
- Amanat
Novel "Orang-Orang Biasa" karya Andrea Hirata memiliki beberapa amanat yang dapat diambil, di antaranya adalah kekuatan tekad dan semangat pantang menyerah, pentingnya persahabatan dan solidaritas, pentingnya pendidikan dan pengetahuan, serta pemahaman yang lebih dalam tentang masyarakat dan budaya Indonesia. Novel ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk memperjuangkan impian mereka dan tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan, serta menegaskan bahwa pendidikan dan persahabatan adalah kunci untuk meraih kesuksesan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H