[caption id="attachment_350598" align="aligncenter" width="300" caption="citywesthotel.com"][/caption]
*
Fikiranku masih terkatum-katum, terfokus pada ilusi dan realitaku. Sesuatu yang amat bertolak belakang, “Ni, Aku masih kepikiran masalah yang itu lho!!!” rengekku pada eni.
“Masalah yang mana sih dar?” Aku mengerutkan dahi,
“Masalah yang tempo hari itu Dar? Udahlah gak usah difikirin, mending kamu belajar yang rajin. Nilai kamu akhir-akhir ini jeblog tuh” Eni menatapku penuh selubuk, sementara Aku tertunduk kaku tak berdaya.
Ditambah lagi mendung bergelayut, nilai-nilaiku jeblog ambles sedalam-dalamnya. Aku kaget setengah mati. Tak banyak yang kulakukan selian meratapi semua ini.
*
Hilir mudik para siswa di hadapanku. Aku tercenung di depan pintu ruang BK menunggu panggilan dari Ibu rita. Samar-samar terlihat dari dalam Ibu Rita sedang bercakap-cakap dengan seseorang dan orang itu menangis tersedu. Konsentrasiku terfokus pada orang itu, Aku terus mencuru-curi pandang ke sudut ruangan.
Hampir setiap jam istirahat ruangan BK di kunjungi para siswa untuk berkonsultasi, terutama remaja putri. Ibu Rita tidak seperti Guru BK pada umumnya yang sangar dan galak, malah kebalikannya. Makanya ruangannya selalu ramai didatangi murid-murid. Tetapi bukan cuma murid yang kena kasus saja. Tetapi juga murid yang punya masalah pribadi.
Sekarang tiba namaku di panggil “Darin masuk!” panggil Ibu Rita padaku,
“Darin silahkan duduk!”
“Iya Bu,” badanku sedikit agak tegang.
“Apa kabar Darin?”
“Alhamdulillah baik Bu”
“syukurlah kalau begitu!” Ibu Rita terus menanyaiku, dan ku jawab sebisaku
“Darin akhir-akhir ini nilai-nilai ulanganmu jelek semua. Apa kamu ada masalah?”
Oh tuhan bagaimana ini, Aku tak bisa menjawabnya. Masa Aku harus menjawabnya karena hal konyol itu. Tapi bukan Ibu Rita jika tak bisa menyelesaikan masalah ini. Entah jurus atau mantra apa yang membuatku nyaman dengannya, tak terasa bibir ini bergerak dengan sendirinya menjelaskan semua yang telah terjadi.
“Oh jadi itu masalahnya. Kalau Ibu boleh kasih saran, sebaiknya gak usah fikirin itu, cinta pasti datang pada saat yang tepat. Dia gak akan memilihmu karena rupa, tahta, ataupun harta. Tapi karena Tuhan. Dan tentang wajah Darin yang tak elok pun, tak usah kawatir. Sekarang zaman sudah modern. Mau muka cantik itu gampang, tinggal datang ke Dokter kecantikan aja, gak mesti ribet-ribet. Jadi Darin, saran Ibu, Darin fokus belajar saja. Nah nanti kalau Darin pintarkan bisa dapet beasiswa untuk kuliah, setelah kuliah Darin dapat kerja, setelah kerja, darin kan pasti dapet gaji. Ya dari gaji itu Darin bisa percantik diri Darin, selesaikan? Lagi pula, cinta itu bukan datang karena opsi-opsi yang tedi. Tapi datang dari hati.”
Ibu rita bicara panjang lebar,perkataanya memang benar, terlalu bodoh jika Aku tenggelam dalam semua ini.
Meninggalkan cinta demi cita-cita tredengar timpang memang. Tapi apa daya, cinta semuku membuat semuanya jadi berantakan. Aku harus memulai semua dari awal lagi, menata hidupku, demi masa depanku yang lebih indah nun jauh di sana.
“Udah gak galau lagi Dar?” goda Eni padaku
“Hehe,, apa sih ni? Ya enggak lah!”
“Bagus-bagus hehe,,gitu dong! Ini baru Darin yang aku kenal”
“Lha terus, Aku yang kemaren-kemaren itu siapa?” tanya ku padanya sambil terus berkutat dengan buku-bukuku.
“Mau tau aja, apa mau tau banget? hehe”
“Ikh dasar!”
Aku terus belajar supaya kejadian kemarin tidak terulang lagi. Untung saja ulangan kemarin hanya ulangan harian. Jadi Aku masih selamat dan masih bisa memperbaiki nilai-nilaiku yang buruk itu. Butuh energi exstra untuk memperbaikinya. Namun, suntikan motivasi yang diberi Ibu Rita sangat cukup untuk membakar semangatku. Ibu rita kaulah penyelamatku...
***
“Halo Mas!! Iya, Aku masih di singapur. Mas baikkan? kapan pulang? Ooh... yaudah. Bapak sama Ibu pingin ketemu katanya kangen, sekalian ngomongin pernikahan kita mas...Emm Iya Aku ngerti, Mas... Aku punya kejutan buat kamu lho,,hehe,, rahasia dong!!!” Arman menghubungiku. Lama tak jumpa dengannya, karena Arman masih di Dubai. Akh,,Aku rindu padanya.
Semenjak itu Aku menjadi suka cermin. Aku suka bercermin, memandangi wajahku dari sudut manapun tetap sama. Sekarang tak ada lagi bintik merah, bintik hitam, komedo ataupun jerawat di mukaku. Tak sabar Aku untuk menunjukannya pada Arman dan keluargaku. Aku ingin cepat-cepat pulang...
**
Perkenalanku dengan Arman berawal dari dunia maya, dia sebagai Blogger dan Akupun sama. Waktu itu Aku masih duduk dibangku kelas 3 SMA. Iseng-iseng kubuat blog di lab komputer sekolah dan sesekali memposting tulisanku. Keantusiasanku terhadap langit malam yang diperdalam diastronomi membuatku mengenal Arman. Aku yang jurusan Sosial ingin memperdalam dunia astronomi, itu hal yang bertolak belakang, sulit. Di sinilah peran Arman membantuku.
Mulanya dia menjadi pembaca setiaku dan di akhir selalu meninggalkan jejak di kolom komentar. Tak jarang Akupun sering membalas komentar-komentarnya.
“Kalau mau tahu tentang langit malam, kamu bisa mampir di Blogku darin!” ucapnya waktu itu padaku. Sayang, dia sangat jauh di sana. Jogja, dan Aku di sini, Banten.
Aku suka langit malam, terlebih lagi jika banyak bintang yang menghiasi, di tambah cahaya bulan yang menerangi temaramnya malam. Pernah Aku berhayal seseorang di sampingku, menemaniku melihat bintang setiap malam, seseorang yang bisa menceritaan tentang rasi-rasi bintang dan rahasia di balik pekatnya malam. Aku nginkan itu, dan amat mendambakannya. Walau ujung-ujungnya Aku kembali dipusara derita ini. Menyayangi dan di sayangi, mencinta dan di cintai. Tuanku dimana engkau? Aku merindu..
Bersambung,,, :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H