Mohon tunggu...
Eka Surya
Eka Surya Mohon Tunggu... -

An ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teman-teman Memanggilku "Chef"

13 Juli 2013   18:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-teman kuliahku, yang tergabung dalam grup bb, selalu memanggilku "chef". Dan panggilan itu terus melekat ketika kita reuni ataupun kumpul-kumpul biasa. Apa pasal?....aku bukanlah ahli masak yang hebat, bahkan aku tidak suka dan tidak bisa membuat kue. Hal tersebut hanya dikarenakan aku suka berbagi resep masakan-masakan mudah, yang sering kubuat untuk membuat anakku berselera makan.

Kebanyakan dari ibu-ibu pekerja malas bahkan "alergi" memasak, karena beranggapan bahwa memasak itu ribet. Padahal tidak harus begitu. Bagiku, memasak adalah seni memadumadankan beberapa bumbu dan bahan, baik yang mentah maupun yang "jadi". Ada kepuasan tersendiri bagiku dalam memasak, jika para jagoanku memakan dengan lahap semua yang kumasak. Dan selama ini selalu begitu...itu juga karena pada dasarnya mereka doyan makan.

Memasak membangun kreativitas kita, karena membuat kita jadi berpikir bagaimana bisa menyajikan makanan yang lebih variatif dan lebih baik. Anak-anak yang tadinya tidak suka sayur bisa menggemarinya karena sayur bisa disajikan secara tak "semata-mata" seperti bentuk aslinya. Dan memasak dapat menumbuhkan kebanggan, yang berujung pada keharuan, apalagi ketika mendengar jagoan kita berujar kepada teman dan gurunya bahwa mamanya adalah koki ternama...ha ha ha ha ha...ini yang pernah dikatakan si Besar-ku ke ustadzahnya ketika ditanya siapa yang memasak bekalnya ketika dia masih duduk di awal SD dulu.

Memasak juga membuat kita lebih "bernilai" di mata anak-anak kita dibandingkan pembantu. Ini akan membuat kita merasa "diindahkan" okeh anak-anak walaupun keseharian mereka lebih sering dengan pembantu, khususnya bagi ibu-ibu mereka yang pekerja, seperti halnya aku. Seringkali si Kecil berujar kepadaku begitu aku sampai di rumah setelah seharian penuh ngantor dan kutanya apakah dia sudah maem, "Aku sudah maem, tapi sedikit...buatkan kita sesuatu ma...". Itu artinya dialagi tidak berselera atau bosan dengan masakan pembantu, meski pembantuku pintar memasak. Juga merupakan indikator bahwa masakan mamanya bernilai "lebih". Aku teringat, bagaimana seorang teman menyatakan kegembiraannya ketika habis memraktekkan nasi goreng resepku untuk sarapan buah hatinya, yang berujung pada pujian si buah hati dan antusiasme untuk membawa bekal masakan ibunya. Padahal resepnya cuma bawang putih dan bombay, mentega untuk menumis, saos tomat merk tertentu, telor dan nasi, serta sosis sebagai penggugah selera.

Memasak juga lebih bisa memastikan bahwa hanya makanan terbaiklah yang disantap oleh anak-anak keluarga kita. Bertahun-tahun di dapurku sudah tak ada lagi vitsin, meski aku tak menjamin sepenuhnya kami bebas vitsin, tetapi minimal bisa menguranginya. Dan masakan akan menumbuhkan cinta dan rasa kangen anak=anak kepada kita, di mana saja mereka berada. Tak percaya...?...coba saja....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun