Mohon tunggu...
Eka Surya
Eka Surya Mohon Tunggu... -

An ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Selalu Jatuh Cinta Kepadamu, Suamiku

13 Juli 2013   11:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:37 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suamiku, jujur aku bicara, aku selalu merasa jatuh cinta kepadamu. Meski waktu berlalu, mengiringi perjalanan kita yang semakin hari tidak semakin mudah. Teringat ketika ibumu berbicara kepadaku, beberapa waktu sebelum kita menikah, beliau mengkhawatirkan diriku yang tak akan tahan dengan kecerewetanmu...aku cuman tersenyum, sambil berpikir, "wah, parah juga ini..."...ternyata memang parah...he he he he he

Belum lagi, kamu bukan pendengar yang baik, yang selalu memotong cerita dan pembicaraanku dengan alasan aku tidak to the point dan itu mengakibatkan hilangnya seleraku untuk meneruskannya...dan aku ngambek, serta protes dengan memasang "muka datar"...demikian istilahmu....muka datar yang selalu membuat dirimu kelabakan...Dan kemudian pelukan akan aku dapat sepanjang malam. Tapi meski begitu, selalu terulang hal yang kurang lebih sama. Dan aku akan setting muka datar yang sama pula....dan aku akan dapat pelukan sepanjang malam pula, walaupun aku harus tabah mendengar dengkuranmu...tapi aku sudah biasa.

Suamiku, semua orang berpikir apa yang sebenarnya daya tarikmu bagiku...yang bagi kebanyakan memandangku sebagai sosok yang mereka kenal sebagai perempuan yang tegas, agak judes, bahkan agak susah didekati... Sedangkan kamu, orang yang ribut, hiper aktif, grubag-grubug ga bisa tenang kayak kutu loncat tapi sanggup membuatku lengket seperti perangko. Mereka pikir aku tertarik karena kamu ganteng...wah, padahal menurutku kamu cuma lumayan....lumayan keren maksudku...he he he he he....Hmmm, ternyata memang mereka tak pernah mengerti bagaimana kita yang sebenarnya.

Suamiku, kita memang beda dalam banyak hal. Dunia kita juga sangat berbeda. Aku siang dan kamu malam. Tapi, bukankah itu saling melengkapi. Tak terhitung berapa kali kita saling bersilang pendapat. Dengan latar belakang yang jauh beda, tentunya cara berpikir kita akan beda. Tapi dengan kekuatan cinta semua dapat kita redam, dan seakan ada permufakatan bahwa kita telah sepakat....meskipun tidak juga sebenarnya....tapi kita akan selesaikan semuanya secara adat, dengan saling mengalah, sehingga akhirnya perdebatan kita berujung mesra. Menempatkan diri sesuai kapasitas kita itulah kuncinya. Aku busur dan kamu anak panah. Perasaan bahwa kita satu adalah hal penting bagi hidup kita, sehingga kelemahanmu kupahami sebagai kekuranganku, dan aku harus menutupnya...demikian juga sebaliknya. Bukankah begitu seharusnya.

Suamiku, banyak dari mereka berpendapat bahwa aku suka kamu karena kita punya ketertarikan yang sama terhadap musik dan lagu. Kalau ini mungkin ada betulnya, tapi bukan hanya sekedar itu. Ada hal yang sampai sekarang selalu memabukkanku....saat di mana kamu menyanyikan lagu cinta untukku, dengan suara merdumu, di hadapan banyak orang dengan tatapan matamu mesra selalu tertuju padaku...Saat-saat seperti itulah adalah saat yang menggetarkan kalbuku yang seketika dapat mengikis semua jengkel dan gondokku kepadamu. Satu lagi suamiku, kamu sanggup menjadi tampat curahan beteku. Pelukan dan bahumu selalu siap meredam semua marah dan galauku...dan mendadak kamu menjadi orang tersabar dan paling mengerti  tentang aku. Dan doamu selalu kuharapkan bersama doa ibuku.

Suamiku, aku selalu jatuh cinta kepadamu karena kamu adalah orang yang komplit. Yang selalu ada dalam suka dukaku. Yang sanggup mendampingiku di segala suasana, yang membuat hidupku lebih berwarna. Dan aku selalu jatuh cinta kepadamu karena binar matamu yang juga selalu bermakna cinta untukku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun