Cincin itu adalah lukaku
Cincin yang tersemat di jari manis sahabatku
Cincin pertanda ikatannya dengan lelaki yang seharusnya menyandingku
Bukan menyandingnya
---
Masih jelas kuingat saat lelaki itu berada di hadapanku. Â Parasnya tidak begitu tampan, Â menurutku. Hanya saja dari tatapannya aku tahu lelaki ini rupanya sosok yang jujur dan polos.Â
"Bagaimana jika kukenalkan dirimu padanya? " tanya seorang Pak Yadi,  senior tempatku bekerja.  Dia  punya keinginan untuk mencomblangkanku dengan lelaki itu.Â
Aku hanya tersenyum. Aku bukan menolak lelaki itu. Â Hanya saja rasa sakit hati yang kualami belum juga pupus. Â Pengkhianatan yang sempurna oleh seorang lelaki yang selama ini bersikap manis terhadapku. Lelaki yang tetiba memutuskan untuk menikah dengan perempuan di kampungnya.Â
Aku masih mengingat persis dimana lelaku itu mencoba meminta maaf karena telah melukaiku. Dia telah menyebarkan benih cinta di hatiku namun dia pula yang memaksaku memangkas habis benih-benih cinta yang sudah mulai tumbuh.  Betapa aku terluka.  Betapa  aku kecewa.  Perempuan mana yang bisa memaafkan begitu saja.  Setelah sekian tahun kami bersama lalu dirinya pergi begitu saja.Â
"Dia lelaki yang baik" ucap Pak Yadi.
Parasku memerah. Â Aku merasai tubuhku yang menginginkan cinta namun juga takut akan kehadiran cinta.Â