Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka di Balik Serpihan Hati

12 Desember 2018   14:45 Diperbarui: 12 Desember 2018   14:57 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bram adalah teman sebangku saat SMA. Bagiku, dia adalah sosok humoris, menyenangkan dan berwibawa. Sempat dirinya menyatakan keberatan saat aku menerima tawaran menjadi mahasiwa kampus merah. Namun lagi-lagi karena keterbatasan ekonomi keluarga, aku tidak mungkin memilih jurusan sama dengannya, jurusan kedokteran.

Aku menyukai biologi. Bahkan nilai biologi saat SMA ku selalu mendekati sempurna. Lain halnya kampus merah yang menawarkan 98% materi fisika yang memuakkan. Apalah artinya pilihan dalam keterbatasan. Akhirnya dengan berat hati aku menjadi salahsatu mahasiswi kampus merah. Kampus yang 98% berisi kaum Adam.

Ponselku berdering. Sebuah pesan dari Bram terpampang disana.

'Lusa aku akan menikah, kamu tidak apa-apa kan Ganesha?'

Nonsense. Aku kecewa. Sama kecewanya saat dirinya tidak percaya aku mampu menjaga diriku di kampus merah ini. Tapi sungguh, tak ada yang bisa aku lakukan kecuali menerima kenyataan bahwa hati dan raganya tidak bisa lagi kumiliki.

"Putus cinta?" tegur Harris.

"Ditinggal kawin" kataku seraya meninggalkan Harris sendirian.

"Yuk kawin denganku saja"

Kulempar Harris dengan spidol mengajar namun hanya mengenai bahu kekarnya.

Ponselku bergetar kembali, sebuah pesan dari Nisa

'Hai Ganesha sudah mendapat kabar dari Bram. Dia mau menikah. Kamu datang kan ya? Kalau tidak datang berarti kamu benar-benar suka sama Bram'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun