Jangan pernah memuji suami orang di depan istrinya
Karena wanita selalu menanggapi dengan hati
Jam tanganku telah menunjukkan pukul tiga sore. Ini hari kedua aku berada di Yogyakarta, tempat suamiku dilahirkan sekaligus tempat suamiku bersekolah dari SD hingga jenjang perguruan tinggi.
"Kamu jadi ikut acara reuni SMA ku?" tanya suamiku sekali lagi.
"Iya, memangnya kenapa Mas?" tanyaku penuh selidik.
Sejak kemarin suamiku menyarankan agar aku tidak ikut dengannya untuk menghadiri acara reuni teman sekelas SMA-nya.
"Aku khawatir kamu bosan" jawabnya santai.
Aku menatap matanya, dia tidak berbohong. Dia tulus mengucapkannya. Dia tidak ingin aku bosan dengan teman-temannya yang usianya rata-rata enam tahun di atasku.
"Sudah siap?" tanyanya sekali lagi.
Kulihat dia memakai batik rapi, seperti mau menghadiri acara kondangan saja. Karena suamiku ini paling hobi pakai kaos lalu dibalut dengan jaket. Jarang tampil rapi kecuali saat di ada acara tertentu di kantor. Kalau tidak ya itu, dirinya memakai kaos lalu jaket.
Aku berangkat berdua dengan suamiku karena kebetulan anak-anak kami sedang tidur siang. Suamiku menyetir mobil menuju salah satu restoran tempatnya dan teman-teman SMA nya akan mengadakan reuni.