Mohon tunggu...
Eka Septiani Dewi
Eka Septiani Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Jember

Penggemar traveling dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

KKN Kolaboratif Kelompok 80: Pesona Tembakau Lokal yang Mendunia di Desa Sukamakmur

7 Agustus 2022   13:30 Diperbarui: 7 Agustus 2022   13:54 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KKN Kolaboratif Kelompok 80: Pesona Tembakau Lokal yang Mendunia di Sukamakmur

Siapa tidak mengenal tembakau? Si daun berukuran besar yang masih menjadi primadona dalam pembuatan cerutu dan rokok. Di Sukamakmur, salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ajung, Jember, ada terdapat beberapa gudang tembakau yang produknya sudah mendunia.

Karena tembakau juga merupakan salah satu icon kota Jember, bahkan di desa Sukamakmur terdapat suatu event fashion tembakau yang didatangi oleh perwakilan 10 negara dan juga dari kalangan artis.

Pada Hari Rabu, 27 Juli 2022 lalu, KKN Kolaboratif Kelompok 80 berkesempatan mengunjungi salah satu gudang tembakau yang ada di Dusun Curah Kendal, Desa Sukamakmur, Ajung. Gudang yang mampu tembakau milik PTPN X ini sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Jenis tembakau yang ada di PTPN X desa Sukamakmur adalah jenis tembakau Halapan.

Di sana kami bertemu Bapak Khoiron, mandor yang bertugas di salah satu gudang tembakau. Beliau memberitahu kami mulai dari masa tanam tembakau hingga pemasaran tembakau ke luar negeri.

“Proses masa tanam sampai panen sekitar 43 hari. Proses membutuhkan waktu 1 tahun dimulai dari proses pencarian media pembibitan seperti kompos sampai proses mensterilkan tanah. Dimana proses tanam pembibitan sampai masa panen bakau sampai habis membutuhkan waktu sekitar 70 hari.  Pemberian pestisida dilakukan berseling-seling, untuk membasmi hama diberikan 10 kali putaran dari H+7 sampai dengan H+60” ujar beliau.

Produk tembakau membutuhkan banyak sumber daya manusia terutama di Gudang seng PTP membutuhkan kurang lebih sekitar 2000 tenaga kerja, dikarenakan tanaman bakau tidak dapat diolah dengan menggunakan mesin. “Pekerja yang ada disini bergantung dengan luas ukuran gudang. Biasanya jumlah pekerja dalam satu gudang yakni 20-25 tenaga sunduk, 6 tenaga penaikan dan 26 tenaga pemetik di sawah” ujar Bapak Khoiron.

Kriteria daun tembakau yang siap dipetik yaitu NT (menjelang tua), apabila daun yang terlalu tua dipetik akan menyebabkan  pengaruh warna yaitu menjadi warna merah. Sementara itu nilai jual daun yang cacat atau tergores sangat rendah karena losis. 

Agar kriteria sesuai maka dalam penanaman tembakau, dilindungi oleh waring yang bertujuan agar daunnya menjadi tipis dikarenakan nantinya digunakan sebagai pembungkus cerutu.

Bapak Khoiron juga mengatakan bahwa “Kualitas tembakau yang terbaik yaitu NW (Natural Wrap) dengan harga jual mencapai 60-70 euro atau sekitar Rp. 1.068.620,7 per kilo. Sedangkan tembakau yang gagal memiliki harga jual hanya sampai 2 euro sehingga selisihnya sangat jauh”

Produk tembakau PTPN X diekspor ke Swiss, sejak 10 tahun yang lalu. Kriteria warna daun tembakau yang ada di Gudang seng yaitu NW, PW, dan LPW. Investor produk tembakau PTPN X Ajung berasal dari luar negeri, sehingga tidak heran apabila PTPN X memiliki pasar yang hingga saat ini ke mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun