Seperti pada kasus girl math di atas, sebuah produk seharga 80 ribu tanpa ongkir lebih murah, dibandingkan dengan sebuah produk seharga 75 ribu dengan tambahan ongkir 8 ribu. Padahal selisihnya tidak sampai 10 ribu.Â
Ketiga, paket bundling. Beberapa brand punya strategi menerapkan pembelian bundling produk. Bundling ini bisa bermacam-macam, mulai dari beli 1 gratis 1, beli dua produk dapat hadiah tertentu, ataupun pembelian dalam 1 paket yang sudah ditentukan.
Konsumen hanya akan melihat, "wah ternyata, kalau saya beli secara keseluruhan paket tersebut saya bisa dapat lebih banyak." Padahal boleh jadi, produk yang diinput ke dalam paket bundling yang dijual bukan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan.Â
Keempat, adanya teknik giveaway dalam pembelian produk. Pernah ngga sih kamu melihat ketika membeli sebuah barang, "kalau beli senilai 500.000, bisa ikutan untuk undian berhadiah smartphone." Alhasil strategi ini memunculkan rasa penasaran dan mendorong untuk lebih banyak membeli.Â
Kelima, live shopping. Konsep live shopping kian digemari oleh banyak pengguna e-commerce. Terciptanya rasa percaya akibat live shopping jadi alasan kuat untuk segera check out.Â
Itulah yang menyebabkan banyak diantara kita kalap ketika harbolnas. Namun, jika prespektifnya dibalik kira-kira apakah mungkin masih kalap?
Tips Anti Kalap Ketika Harbolnas!
Perlu dipahami bahwa momen harbolnas memang ditujukan untuk meningkatkan sales (penjualan) seller. Mengutip pada laman kompas.id bahwa di tahun 2023, lebih dari 33 juta orang menyerbu momen ini. Total transaksinya pun fantastis mencapai 25, 7 triliun.
Fenomena ini jadi bukti bahwa harbolnas memang dinanti. Namun, tetap ada cara supaya ngga kalap di momen harbolnas. Cara yang paling ampuh adalah dengan membalik perspektif yang kamu miliki.
Biasanya kita akan berpikir dan bertindak sebagai konsumen pada umumnya. Coba dibalik, berpikirlah dan bertindak selayaknya seorang penjual. Coba renungkan, kok bisa ya ada brand yang banting promo hingga setengah harga? Apa ngga rugi? Tentu TIDAK!Â