Mohon tunggu...
Eka Sarmila
Eka Sarmila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long Life Learner

Halo! Perkenalkan saya Eka. Menulis adalah cara saya untuk bertukar cerita kepada orang lain pada jangkauan yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perjalanan Cabut Gigi Impaksi: Berujung Masuk Ruang Operasi dan Persiapannya

5 November 2023   14:11 Diperbarui: 6 November 2023   12:02 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gigi punya peran vital. Bukan hanya sekadar organ untuk menguyah makanan, namun punya fungsi lain seperti mempertahankan otot wajah. Orang yang masih punya gigi lengkap cenderung memiliki otot wajah yang lebih kencang.

Sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar tentang pentingnya merawat kesehatan oral. Terutama, kesehatan mulut dan gigi. Umumnya, kita akan datang ke dokter gigi jika telah merasakan sakit. Padahal dianjurkan untuk datang ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali.

Bukan tanpa alasan, mengapa banyak orang yang enggan untuk rutin melakukan perawatan gigi. Alasan utamanya, karena biayanya yang mahal. Apalagi jika tidak ditanggung asuransi ataupun menyiapkan dana darurat secara mandiri. 

Begitupun dengan saya, selama 22 tahun ini belum pernah merasakan sakit gigi. Namun, sekali datang ke dokter gigi ternyata mesti dirujuk ke spesialis gigi bedah mulut untuk menjalani operasi pro-odontektomi, karena gigi impaksi. 

Mengenal Gigi Impaksi Berdasarkan Kelasnya

Foto. Freepik.com
Foto. Freepik.com
Upaya menjaga kebersihan oral ternyata tidak membuat kita bebas dari permasalahan kesehatan lainnya. Misalnya, pada hal tak terduga seperti gigi impaksi. Gigi impaksi adalah keadaan di mana gigi tidak tumbuh dengan baik, setengah tumbuh, ataupun terbenam di dalam gusi (tumbuh di dalam gusi). 

Umumnya hal ini terjadi pada gigi molar ke-3, atau gigi geraham paling belakang. Gigi geraham molar ke-3 sendiri memang tumbuh pada rentang isoa 18-25 tahun. Dengan kata lain, pertumbuhannya paling akhir dibandingkan dengan gigi lainnya.

Alhasil pada beberapa orang seperti saya, gigi tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik karena kapasitas gusi tidak memadai. Setelah berkonsultasi dengan profesor gigi bedah mulut tempat saya dirawat, gigi impaksi pun ternyata diklasifikasikan berdasarkan 3 kelas, yaitu kelas 1, 2, dan 3. 

Begitupun dengan letak gigi terhadap tulang pun dibagi menjadi pada klasifikasi A, B, dan C. Ternyata berdasarkan hasil rontgen panoramik, gigi impaksi saya termasuk jenis impaksi kelas 3c. Artinya berada di posisi terbelakang dan tertutup oleh gusi. 

Oleh sebab itu, proses pencabutannya tidak dapat dilakukan di ruang tindakan dokter. Melainkan melalui ruang operasi dengan prosedur yang disebut dengan pro-odontektomi dengan GA. 

Sakit Kepala hingga Nyeri Wajah, Bisa Jadi Gigimu Impaksi!

Foto. Freepik.com
Foto. Freepik.com
Di akhir september, saya mulai merasa migrain (Sakit kepala sebelah). Bahkan, terkadang sakitnya hingga nyeri di wajah. Saya masih mengabaikan gigi impaksi saya yang sejatinya sudah diketahui sejak november 2022. Saat itu, saya masih berpikir "orang gigiku ngga sakit"

Justru, saya berpikir apakah karena meniere disaese. Di tanggal 30 itu pun saya pergi ke THT dan dinyatakan telinga saya normal. Hanya sedikit tertutup pada bagian sinus. 

Coba membaca lebih dalam dan dapat cerita pengalaman teman yang ternyata juga mengalami gigi impasi. Akhirnya saya tidak lagi mengabaikan keluhan ini.

Saya pun bergegas ke FKTP tingkat 1 untuk segera membuat rujukan ke dokter spesialis gigi bedah mulut. Di sana saya langsung diberikan rujukan, sebab sudah memiliki bukti gigi impaksi dari hasil rontgen panoramik tahun lalu. 

Ternyata, gejala sakit kepala hingga nyeri di wajah salah satu penyebabnya karena impaksi. 

Persiapan Operasi Pro-Odontektomi Gigi Impaksi Kelas 3c

Foto DCStudio dari Freepik.com
Foto DCStudio dari Freepik.com
Saat mendengar ternyata pencabutan gigi tersebut mesti dilakukan di ruang operasi saya sangat kaget. Loh, memangnya separah apa ya kondisinya? Namun, berdasarkan hasil konsultasi tujuannya adalah agar pasien tidak merasakan rasa sakit saat tindakan.

Istilah "cabut gigi" biasanya terdengar sepele, namun pro-odontektomi berbeda. Prosedurnya lebih hati-hati, apalagi bagi saya seorang penyintas TB Kelenjar.

Prosedur awalnya, tentunya untuk menetapkan diagnosis yang akurat sebelum mengetahui gigi saya impaksi. Kita akan menjalani rontgen panoramic. Tujuannya, untuk mengetahui gambar 2 dimensi kondisi gigi pasien.

Setelah mengetahui letaknya, saya pun mendaftarkan konsultasi dengan salah seorang profesor gigi bedah mulut di RS di Jakarta. Karena menggunakan bpjs, tentunya mesti sabar. Pasalnya, waiting list untuk konsultasinya kurang lebih hingga 3 minggu.

Namun, penantian panjang tersebut terbayarkan karena profesor gigi bedah mulut tersebut menjelaskan dengan sangat baik dan rinci. Lalu, saya pun diminta untuk melakukan beberapa persiapan penunjang. 

Pertama, saya diminta untuk tes laboratorium untuk mengecek fungsi hati dan ginjal sebelum CT-Scan Mandibula/Maxilla dengan kontras. Prosesnya pun cepat, hari ini mendaftar laboratorium pun di hari yang sama saya sudah bisa ambil darah.

Foto. Freepik.com
Foto. Freepik.com

Penjadwalan untuk CT-Scan Mandibula juga terbilang cepat untuk pengguna BPJS. Hanya dengan menunggu 2 hari saya sudah dapat mengikuti rangkaian tersebut. Sayangnya, ternyata pada prosesi ini saya alergi terhadap zat kontras. 

Pertolongan pertama pun segera disiapkan oleh suster yang merawat dan kini tetap baik-baik saja. Setelah mendapat hasil CT-Scan, saya pun diminta untuk meminta acc dokter penyakit dalam.

Tujuannya, untuk menghindari komplikasi. Terutama jika pasien menderita hipertensi atau diabetes. Karena tidak ada masalah, saya pun langsung mendapat acc dari dokter spesialis penyakit dalam. 

Tak berhenti sampai disitu, prosedur lain yang juga mesti diperhatikan adalah karena saya penyintas TB Kelenjar. Alhasil, saya juga mesti meminta acc dokter spesialis paru. Selain meminta acc sebagai penyintas TB Kelenjar, saya diminta untuk melakukan spirometri.

Spirometri sendiri adalah tes untuk mengetahui kemampuan pernapasan. Setelah melalui semua rangkaian persiapan, saya kembali diminta kembali ke dokter spesialis gigi bedah mulut. 

Hasil konsultasi dengan profesor gigi bedah mulut, saya pun mendapatkan jadwal operasi di bulan desember. Sebelum tindakan, saya pun sudah dipesankan untuk kembali melakukan cek darah dan konsultasi dengan dokter spesialis anestesi. 

Semoga saat pelaksanaanya dapat berjalan lancar. 

Berapa sih, Biaya Operasi Gigi Impaksi Tanpa BPJS?

Foto. Pressfoto dari Freepik.com
Foto. Pressfoto dari Freepik.com
Meskipun harus menunggu lama, saya merasa sangat terbantu dengan adanya bpjs. Pasalnya, jika operasi Pro-Odontektomi tidak menggunakan bpjs, biayanya hingga membuat tercengang.

Jika dihitung-hitung setidaknya saya harus menyiapkan budget di atas 10 juta. Namun, ini kembali di mana Anda di rawat. Di rumah sakit saya berobat misalnya, untuk konsultasi dengan gigi bedah mulut biayanya berkisar di 400-500 ribu. 

Sebelumnya, saya telah melakukan rontgen panoramik diluar dengan harga 295 ribu. Belum lagi biaya CT-Scan dengan kontras berkisar dari 1-3,5 juta. 

Untuk pencabutan 1 gigi bungsu  berkisar 3-7 juta. Ambil saja diangka termahal 7 juta, karena letak dan posisi yang sulit. Karena gigi impaksi saya ada 2, kurang lebih untuk tindakan operasinya sekitar 14 juta. Belum termasuk konsultasi dengan dokter penyakit dalam, paru, dan anestesi dengan kisaran biaya konsultasi di 400-500 ribu.

Biaya-biaya tersebut belum termasuk pemeriksaan darah lengkap (Sekitar 300-500 ribu) dan rontgen thoraks. Penantian yang cukup panjang saya rasa sepadan dengan harga yang mesti dikeluarkan. Apalagi saya sendiri pun merasa sebagai pasien bpjs di rumah sakit ini pelayananya tidak dibedakan. 

Dibeberapa tempat sendiri sebenarnya jika hanya mencabut gigi bungsu yang tidak terlalu bermasalah, harganya hanya berkisar di 150 ribu hingga 1 jutaan. Sayangnya, karena gigi saya termasuk gigi yang cukup rumit mesti pergi ke spesialis gigi bedah mulut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun