Sasaran penelitian merupakan komponen vital dalam penulisan skripsi. Terkadang mahasiswa enggak realistis dengan sasaran penelitianya. Bahkan, ada yang mengarang bebas tentang karakteristik sasaran penelitiannya dalam ujian seminar proposal.
Akhirnya, enggak jarang yang mendapatkan revisi mayor dari tim penguji. Masih terbilang mesti bersyukur kalau misalnya hanya revisi. Pernah enggak sih, denger cerita kalau ada yang saat penelitiannya sasarannya hilang.
Apalagi kalau sudah meneliti tentang orang. Tentunya, bakal jadi masalah dan mesti mutar otak untuk ganti topik. Banyak waktu yang terbuang dan penelitian pun nggak selesai-selesai.
3. Lost Motivation Karena Ketinggalan Bestie
Circle perkuliahan sangat berbeda dengan circle masa SMA. Kalau di SMA masuk dan lulus bareng, di dunia perkuliahan masuk bareng belum tentu lulus dan wisuda bareng.Â
Seakrab-akrabnya bestie di masa kuliah, tiap orang punya pandangan dan tujuan hidup yang berbeda. Kalau masih mau males-maelsan, udah siap untuk ketinggalan wisuda bareng teman?
Makin tertinggal dengan "orang-orang yang akrab"Â dilingkungan perkuliahan makin malas untuk datang bimbingan. Alhasil, semangat untuk mengerjakan skripsi juga hilang.
4. Terlalu Mengandalkan Dosen Pembimbing
Awal-awal skripsian, saya berpikir bahwa setiap mahasiswa bakal mendapat bimbingan intensif seperti siswa SMA bersama dosen pembimbing. Nyatanya, enggak ada sandaran terbaik untuk mengerjakan skripsi selain diri sendiri.
Bersyukurlah yang dapat dosen pembimbing bawel dan perhatian. Pasalnya, belum tentu teman seperjuangan kalian mendapatkan privilage yang sama. Curiosity dan eagerness mesti dimiliki oleh setiap mahasiswa yang lagi skripsian.