Seringkali kita khawatir ketika tubuh kita menjadi bertambah berat badannya atau kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan jika dibiarkan akan menyebabkan obesitas (penumpukan lemak yang berlebihan). Hal ini akan meningkatkan resiko penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke), diabetes, gangguan muskoskeletal (osteoartritis), kanker (payudara, ovarium, prostat, hati).
Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2007, 2010, 2013 dan 2018 menunjukkan prevalensi obesitas semakin meningkat. Selain itu data juga menunjukkan bahwa seiring pertambahan usia terutama pada usia 35 tahun ke atas maka obesitas cenderung meningkat pada laki-laki atau perempuan dan cenderung menurun pada usia 60 tahun ke atas. Penambahan usia berpengaruh dalam penurunan metabolisme (perlambatan tingkat pembakaran kalori), perubahan komposisi tubuh (penurunan massa otot dan tulang, peningkatan lemak) serta perubahan hormon endokrin. Selain itu, faktor lain seperti kebiasaaan makan yang tidak tepat akan meningkatkan kelebihan energi akan disimpan menjadi lemak sehingga berisiko menjadi obese.
Kemudahan akses dalam pemenuhan kebutuhan seperti pesan antar makanan/minuman secara online turut mengakibatkan berkurangnya aktifitas fisik. Di masa pandemi ini menyebabkan gerak kita menjadi terbatas dan kadang tidak diimbangi dengan pola makan yang tidak terkendali. Pola makan dan kurangnya aktifitas fisik sangat menentukan terhadap kenaikan berat badan kita.
Saat ini juga tersedia beraneka ragam produk pangan olahan yang memberikan kita kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi bagi tubuh kita. Berbagai bentuk produk pangan olahan tersedia, baik yang siap konsumsi ataupun siap masak dan diolah bersama pangan lainnya seperti roti, biskuit, susu cair, minuman sari buah, mi instan, nuget, sosis dan lainnya. Selain bernilai ekonomis, menghemat waktu juga dapat dikonsumsi kapan saja sesuai dengan petunjuk penyajian atau penggunaannya.
Sebagai konsumen, kita harus mengetahui kandungan energi dan gizi pada produk pangan yang akan kita konsumsi tersebut. Hal ini ditujukan agar kita juga dapat mengatur konsumsi pangan dengan kesesuaian asupan tubuh kita. Tentu saja untuk menghindari obesitas yang diakibatkan oleh kelebihan asupan energi. Selain energi (atau yang biasa dikenal dengan istilah “kalori”), bisa juga kita dapat memperhatikan kebutuhan zat gizi lain (zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral)
Untuk mengetahui kandungan energi dan zat gizi dapat kita lihat melalui label pangan olahan tersebut. Pangan olahan yang telah mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) harus menggunakan label yang telah disetujui sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada label tersebut memuat informasi terkait produk dan juga kandungan gizi. Kandungan gizi ini dapat dilihat pada tabel Informasi Nilai Gizi. Ketentuan mengenai pencantuman Informasi Nilai Gizi telah diatur dalam Peraturan BPOM No.22 tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan.
Informasi Nilai Gizi ini dicantumkan dalam bentuk tabel dan memuat informasi mengenai takaran saji, jumlah sajian per kemasan, jenis dan jumlah kandungan gizi, jenis dan jumlah kandungan zat non gizi, persentasi AKG (Angka Kecukupan Gizi). Adapun jenis zat gizi yang wajib atau minimal dicantumkan adalah energi total, lemak total, lemak jenuh, protein, karbohidrat total, gula dan garam (natrium).
Pada contoh tabel Informasi Nilai Gizi di atas, menunjukkan takaran saji 65 g artinya setiap kali kita mengkonsumsi atau satu kali makan produk ini sebanyak 65 g maka akan memperoleh gizi sebanyak yang tercantum di tabel tersebut. Kita akan mendapatkan energi sebesar 200 kalori, energi dari lemak 35 kalori, lemak 3,5 g, lemak jenuh 2 g, protein 6 g, karbohidrat 36 g, gula 9 g dan natrium 160 mg. Selain itu ketika mengkonsumsi produk sebanyak 65 g kita telah memenuhi kebutuhan harian gizi kita untuk lemak total 6%, lemak jenuh 10%, protein 9%, karbohidrat total 11% dan natrium 10%. 4 (empat) Sajian per Kemasan menunjukkan dalam kemasan produk ini terdapat 4 (empat) takaran saji atau 4 (empat) kali makan.
Jadi, alangkah baiknya kita selalu memperhatikan dan membaca tabel Infromasi Nilai Gizi pada label. Kita dapat memperhitungkan berapa energi, lemak, protein, gula atau garam (natrium) yang kita konsumsi per takaran saji atau per kemasan. Kita dapat membatasi konsumsi kita sehari apakah sudah melebihi kebutuhan total energi kita sehari atau belum. Jangan lupa tetap memperhitungkan konsumsi produk lainnya.
Ayo kita biasakan mengecek kandungan gizi pada produk yang kita konsumsi agar dapat mendapatkan energi dan gizi yang cukup, tidak berlebih dan sesuai dengan kebutuhan kita. Tetap konsumsi pangan yang beragam agar mendapatkan beragam zat gizi pula.