Mohon tunggu...
Ekaristi RajaGukGuk
Ekaristi RajaGukGuk Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiwa

Seorang mahasiswa yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ondel-Ondel Semakin Terpinggirkan

19 Maret 2019   17:33 Diperbarui: 5 April 2019   09:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ondel-ondel, merupakan salah satu contoh kesenian yang ada dan dimiliki oleh Indonesia. Lebih tepatnya kesenian ini berasal dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ondel-ondel sendiri merupakan salah satu ikon kebanggan yang dimiliki oleh kota Jakarta.  Bahka Ondel-Ondel pun turut diabadikan dengan dibangunnya patung Ondel-Ondel Raksasa yang disebut Mondel (Monumen Ondel-Ondel) yang berada di Jalan Benyamin Sueb atau Runway Kemayoran, Jakarta Pusat.

Ondel-ondel sendiri merupakan boneka besar yang tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah kurang lebih 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Serta bagian wajah nya merupakan topeng atau dapat disebut juga dengan kedok, dengan rambut kepala yang terbuat dari ijuk.

Pertunjukkan Ondel-Ondel pun selalu dihadirkan dalam berbagai ragam kegiatan budaya orang-orang Betawi seperti acara perkawinan, acara sunatan,  maupun acara-acara kebudayaan lainnya di Jakarta. Pertunjukkan Ondel-ondel juga selalu hadir dalam berbagai acara-acara resmi kenegaraan, seperti peresmian bangunan, festival budaya, mapun beragam pesta rakyat lainnya. Serta dapat dilihat pula di dalam acara ulang tahun kota Jakarta, Ondel-Ondel pasti selalu dipertunjukkan di dalam acara tersebut.

Pada zaman modern saat ini, ondel-ondel tidak hanya dihadirkan dalam berbagai kegiatan kebudayaan, maupun acara Festival Rakyat saja. Namun pada masa kini, ondel-ondel pun sudah dijadikan lahan untuk mencari uang melalui "mengamen" di jalan-jalan. Jika dahulu untuk melihat ondel-ondel, kita harus pergi ke Monas, ke daerah Kota Tua, maupun kawasan wisata lainnya. Tetapi berbeda dengan sekarang, karena hampir di setiap waktu kita dapat melihat ondel-ondel yang sedang "mengamen" di pinggir-pinggir jalan.

Seperti yang dilakukan oleh ibu Laila beserta dengan teman-temannya yang sudah hampir lima tahun menggeluti pekerjaan sebagai "pengamen" Ondel-Ondel di jalanan. BIasanya Ibu Laila dengan teman-temannya, mengamen dari sore hari hingga tengah malam. Dan jika biasanya, di dalam acara-acara kebudayaan masyarakat Betawi, music pengiring bagi Ondel-Ondel ialah tanjidor. Maka, lain halnya dengan Ondel-Ondel yang ada di jalanan, mereka hanya cukup membawa satu speaker yang sudah diisi dengan beragam lagu-lagu khas Betawi, seperti lagu Jali-Jali, Ondel-Ondel, Kicir-Kicir,Sirih Kuning, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut pengakuan bu Laila tidak jarang beliau memakai lagu-lagu modern masa kini, untuk mengiringi Ondel-Ondel nya.

Ondel-Ondel yang biasa digunakan oleh ibu Laila dan kawan-kawannya, bukanlah Ondel-Ondel miliknya sendiri. Melainkan, beliau menyewanya dari salah seorang kenalannya. Biasanya salah seorang temannya, mengambil Ondel-Ondelnya pada siang hari sebelum mereka mengamen dan akan dikembalikan pada pagi hari setelah mereka selesai "mengamen". Tim yang biasa mengamen dengan ibu Laila berjumlah 4 orang. Dengan formasi ibu Laila beserta satu temannya bertugas meminta uang, satu orang bertugas mendorong gerobak yang berisi speaker, dan satu orang yang bertugas mengenakan boneka Ondel-Ondel.

Ondel-Ondel yang dahulunya dipertunjukan dalam berbagai pagelaran budaya, namun kini hanya menjadi pertunjukan jalanan. Menurut Ibu Laila, mengapa dia tidak pernah mempertunjukkan ondel-ondelnya di tempat wisata, karena beliau tidak paham bagaimana prosedurnya. Dan beliau pun mengatakan bahwa dia "mengamen" Ondel-Ondel hanya untuk sekedar mencari uang. Bahkan Ibu Laila sendiri bukanlah masyarakat asli Betawi, beliau merupakan seorang perantauan dari Subang yang mengadu nasib di Jakarta. Jadi ketika beliau ditanyakan mengenai Sejarah serta asal-usul dari Ondel-Ondel sendiri beliau kuarang mengerti. Namun yang patut dibanggakan, ialah beliau sangat hapal betul dengan lagu-lagu Betawi, karena hampir setiap saat Ibu Laila mendengarkannya saat sedang "mengemen" Ondel-Ondel.

Mengenai Ondel-Ondel di jalanan sendiri masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian orang setuju dengan Ondel-Ondel yang turun ke jalanan, karena dengan begitu mereka tidak perlu lagi repot-repot untuk pergi ke tempat wisata dahulu untuk melihat Ondel-Ondel. Namun sebagian lagi tidak setuju jika Ondel-Ondel harus turun ke jalanan, karena menurut mereka Ondel-Ondel merupakan salah satu Ikon Kebudayaan Bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan. Maka tidak sepatutnya, Ondel-Ondel ditunjukan dengan cara mengamen di jalan-jalan.

Namun bagi Ibu Laila, beliau justru bersyukur dengan adanya Ondel-Ondel yang beratraksi di jalanan. Karena dengan begitu, beliau jadi memiliki sumber mata pencaharian. Dan melalui hasil "mengamen" ondel-ondelnya lah, beliau dapat menyekolahkan kedua anak-anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun