Ketidakpatuhan Diet Diabetes Melitus: Tantangan Berat bagi Pasien dan Keluarga
Malang - Diabetes Mellitus (DM) bukanlah sekadar penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis, tetapi juga menguji komitmen dan pola hidup para penderitanya. Meski sudah banyak kampanye dan edukasi dilakukan, ketidakpatuhan terhadap diet menjadi salah satu hambatan terbesar dalam pengelolaan penyakit ini.
 Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Desa Saptorenggo dan Pakisjajar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, terungkap berbagai faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan diet pada penderita diabetes. Penelitian ini dilakukan oleh tiga dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu Ns. Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp. Kep.MB, Ns. Henny Dwi Susanti, MKep. Sp. Kep. Mat., PhD, dan Ika Rizky A., MKep (IR).
Penelitian tersebut menggunakan desain deskriptif dengan melibatkan 37 responden melalui metode total sampling. Peneliti mencoba menggali lebih dalam alasan-alasan di balik ketidakpatuhan para penderita diabetes dalam menjaga pola makan mereka.
Menurut Ns. Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB, salah satu penyebab utama adalah faktor ekonomi. "Sebagian besar responden yang kami teliti memiliki penghasilan di bawah standar kebutuhan pokok. Hal ini tentunya memengaruhi kemampuan mereka untuk membeli bahan makanan yang sesuai dengan pola diet diabetes," ungkapnya.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah dukungan keluarga. Ns. Henny Dwi Susanti, MKep.Sp.Kep. Mat., PhD, menyoroti rendahnya tingkat dukungan dari keluarga sebagai salah satu penyebab utama ketidakpatuhan. "Dari 37 responden, sebanyak 25 orang menyatakan bahwa dukungan dari keluarga mereka masih sangat minim. Padahal, keberhasilan pengelolaan diabetes juga sangat bergantung pada motivasi dari orang-orang terdekat," ujarnya.
Sementara itu, Ika Rizky A., MKep (IR) menambahkan bahwa meskipun pengetahuan tentang diet diabetes cukup baik pada sebagian besar responden, hal tersebut belum cukup. "Banyak yang tahu apa yang seharusnya mereka makan, tetapi karena tekanan ekonomi dan kurangnya dukungan keluarga, mereka tetap sulit untuk konsisten," jelasnya.
Penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh penderita diabetes, khususnya di daerah pedesaan. Selain faktor ekonomi, pendidikan juga memiliki pengaruh signifikan. Responden dengan tingkat pendidikan ya ebih rendah cenderung kesulitan memahami pcingnya diet yang disiplin.
Kesimpulannya, untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Tidak hanya dari sisi penderita, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kampanye edukasi harus dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, sehingga penderita diabetes tidak lagi harus memilih antara menjaga kesehatan atau memenuhi kebutuhan dasar.
"Diabetes adalah penyakit yang tidak bisa diselesaikan sendirian. Perlu dukungan kolektif agar penderita bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan berkualitas," tutup Ns. Zaqqi Ubaidillah.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa mengelola diabetes tidak hanya soal pengobatan, tetapi juga upaya membangun lingkungan yang mendukung pola hidup sehat secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H